Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ade Yusriansyah
Karyawan BUMN

Pelaku Industri Perbankan dan Pasar Modal

Dana Darurat: Sedia Payung Sebelum Hujan

Kompas.com - 18/09/2023, 09:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

FAKTA menunjukkan hanya 9,3 persen saja dari total keseluruhan penduduk Indonesia yang sudah memiliki dana darurat (lifePal, Januari 2021).

Kondisi ini cukup memprihatinkan karena ternyata belum banyak masyarakat Indonesia yang melakukan persiapan matang apabila dihadapkan kondisi darurat.

Hal ini menjadi relevan apabila dikaitkan dengan data OJK terkait literasi keuangan. Hanya 21,84 persen masyarakat Indonesia yang terkategori baik (well literate), yaitu kondisi di mana seseorang dinilai sudah benar memahami mengenai produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam memanfaatkannya untuk mencapai stabilitas pendapatan.

Harus dipahami bahwa konsep dana darurat tidak dapat disamakan dengan konsep investasi. Dalam konsep investasi dikenal istilah penambahan hasil (return) yang mengandung risiko.

Sementara di dana darurat, bukan imbal hasil (return) yang dikedepankan, meskipun instrumen yang digunakan dimungkinkan memiliki return (ekspektasi dengan risiko rendah), akan tetapi lebih ditekankan kepada manfaatnya sebagai bantalan (buffer) dalam menghadapi risiko tidak terduga (darurat) ke depan.

Selain itu, di dalam konsep investasi juga dikenal beberapa aspek lainnya seperti risk profile, jangka waktu (timeline), dan tujuan.

Sebelum melakukan suatu pilihan investasi, individu terlebih dahulu harus memahami risk profile-nya (agresif, moderate atau konservatif), timeline investasi (jangka pendek, menengah atau panjang), dan tujuan melakukan investasi (untuk pendidikan atau pensiun).

Sementara di dana darurat, karena tujuan dari pemupukannya sebagai bantalan, maka aspek risk profile dan jangka waktu bukan menjadi mandatory.

Di konsep investasi, kita juga mengenal istilah sumber dana hari tua (nest egg) yang merupakan besaran dana yang akan menjadi sumber tingkat penghasilan pada masa datang.

Di dana darurat, konsepnya lebih sederhana, di mana hal pertama yang kita lakukan adalah menentukan terlebih dahulu jumlah yang diinginkan.

Rule of thumbs besaran dana darurat berkisar 3 – 12 kali dari pengeluaran bulanan, tergantung dari status kita.

Misalkan untuk berstatus sendiri, besaran yang ideal berkisar 3-6 kali. Sementara untuk yang sudah menikah, tapi belum mempunyai keturunan, 6-9 kali sudah dinilai cukup ideal.

Untuk yang sudah memiliki keturunan, 9-12 kali merupakan nilai yang bisa menjadi tujuan.

Sebagai ilustrasi, pendapatan A sebesar Rp 10 juta per bulan dengan besaran pengeluaran Rp 5 juta per bulan.

Apabila A masih berstatus sendiri, maka besaran ideal dana darurat yang perlu dipersiapkan sebesar Rp 15 juta – Rp 30 juta.

Sementara apabila A berstatus sudah menikah, tetapi belum mempunyai keturunan, maka dana darurat yang disarankan sebesar Rp 30 juta - Rp 45 juta.

Jika A sudah berkeluarga dan memiliki keturunan, maka dana darurat yang perlu dipersipkan menjadi sebesar Rp 45 juta - Rp 60 juta.

Setelah kita mengetahui besaran yang harus dipersiapkan, maka langkah selanjutnya adalah melihat kepada financial capacity kita, untuk mengetahui besaran yang akan disisihkan per bulannya dari pendapatan dan berapa lama.

Konsep 50:30:20 bisa juga diterapkan dalam mempersiapkan dana darurat. Sebanyak 50 persen pendapatan digunakan untuk pengeluaran rutin, 30 persen untuk keperluan kewajiban, cicilan atau angsuran (sesuai dengan DSR dari mayoritas perbankan maksimal 30 persen untuk penentuan besaran limit kredit), dan 20 persen untuk investasi atau dana darurat.

Konsep dana darurat seyogyanya juga harus dibedakan dengan tabungan. Meski sama-sama berbentuk simpanan, tetapi dana darurat dialokasikan dan ditempatkan secara terpisah dari rekening harian.

Bahasa sederhananya, tempatkan dan lupakan dana darurat tersebut tanpa mengetahui kapan dana tersebut digunakan.

Sementara tabungan, disimpan dengan tujuan finansial yang sudah kita tentukan, dengan tenor dapat bersifat jangka pendek, menengah, maupun panjang. Dengan kata lain, lini masa realisasinya sudah ditentukan pada awal pembentukannya.

Terakhir, pastikan instrumen yang dipilih mempertimbangkan beberapa faktor. Pertama, gampang untuk diakses, minim risiko, dan relatif likuid (mudah dicairkan) karena sifat dari dana darurat harus bisa cepat dan kapanpun bisa dicairkan.

Instrumen keuangan yang dapat menjadi pertimbangan masyarakat antara lain tabungan dengan special rate, money market account (MMA), deposito atau reksa dana pasar uang.

Kedua, instrumen yang dipilih sebaiknya tidak volatile. Bayangkan bila kita menempatkan dana darurat di instrumen saham, nanti saat kondisi darurat terjadi dan hendak mencairkan dana darurat, tetapi saat bersamaan harga saham sedang dalam posisi rendah, maka dana darurat tidak dapat berfungsi maksimal.

Terpenting, di manapun kita menempatkan dana darurat, pastikan produk keuangan tersebut merupakan produk legal dan sudah terdaftar serta diawasi otoritas. Pasalnya, saat ini masyarakat disuguhkan dengan semakin variatifnya pilihan instrumen untuk simpanan dana darurat.

Kita tidak pernah tahu pasti kapan dana darurat akan digunanakan karena penggunaan dana darurat tidak diharapkan akan terjadi.

Hal ini tercermin dari sifat penggunaan dari dana darurat yang mendadak, di luar rencana atau ekspektasi, serta kadang tidak terukur jumlahnya.

Kendati waktu persis penggunaan dana darurat tersebut tidak seorangpun tahu, namun yang pasti adalah semua orang membutuhkan dana darurat dan harus memilikinya terlepas dari bagaimanapun cara kita memperoleh penghasilan tersebut.

Penyiapan dana darurat tersebut harus dimulai dari sekarang dan jangan-jangan ditunda-tunda lagi. Kenapa? Seperti pepatah lama berbicara “lebih baik sedia payung sebelum hujan”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com