JAKARTA, KOMPAS.com - Logam mulia emas menghadapi persaingan ketat tahun ini sebagai aset safe haven bagi investor yang berhati-hati.
Dilansir dari CNBC, harga emas tercatat 1.831,80 dollar AS per troy ounce pada Kamis lalu. Harga tersebut merupakan yang terendah sejak Maret lalu.
Harga emas terus merosot selama beberapa bulan terakhir. Pasalnya, aksi jual beli meningkat beberapa minggu ini dipengaruhi lonjakan imbal hasil obligasi dan dollar.
Investor cenderung memilih obligasi pemerintah dibandingkan emas ketika imbal hasil (yeild) tinggi. Hal itu karena obligasi menawarkan pembayaran kupon secara rutin.
Baca juga: Rincian Harga Emas Antam Hari Ini Jelang Akhir Pekan
Sementara itu, kenaikan nilai dollar AS membuat investor asing merasakan pertumbuhan harga beli emas.
Sebagai pengingat, harga emas melonjak mendekati rekor tertinggi pada awal tahun ini imbas dari ambruknya beberapa bank regional AS.
Di sisi lain, inflasi yang tinggi menyebabkan investor mencari perlindungan dari gejolak pasar.
Seiring berjalannya waktu, sektor perbankan telah stabil. Hal itu diikuti oleh pasar tenaga kerja serta perekonomian AS yang tetap stabil meskipun The Fed menaikkan suku bunga.
Baca juga: Begini Cara Memulai Investasi Emas dengan Modal Rp 100.000
Tumbuhnya suku bunga membuat imbal hasil Treasury AS sampai ke level tertinggi memicu kenaikan dollar. Itu membuat harga emas terpukul dan diikuti saham penambang logam mulia.
Sebagai contoh, saham Barrick Gold telah anjlok 11 persen selama tiga bulan terakhir.
Penurunan tersebut diikuti oleh saham Kinross Gold yang turun 3 persen dan Northam Platinum yang anjlok anjlok 22 persen dalam periode yang sama.
Baca juga: 5 Tips Memulai Investasi Emas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.