Program Lumbung Pangan (Food Estate) yang sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu, belum memberikan dampak signifikan terhadap pasokan pangan masyarakat.
Setelah pencanangan pembangunan Lumbung Pangan, pasokan pangan di pasaran relatif tidak berubah sehingga belum berdampak pada stabilitas pangan, baik stabilitas harga maupun stabilitas ketersediaan.
Program Lumbung Pangan terkesan jalan di tempat dan bahkan sebagiannya memperlihatkan gejala kegagalan karena tidak sesuainya harapan dengan hasil yang diperoleh.
Hal ini terjadi karena rencana yang telah dicanangkan tidak sesuai dengan kondisi realita yang dihadapi di lapangan. Padahal program Lumbung Pangan membutuhkan anggaran ratusan triliun rupiah.
Bahkan untuk 2024, anggaran yang dibutuhkan untuk melanjutkan pembangunan Lumbung Pangan tersebut mencapai lebih dari Rp 108 triliun. Anggaran sangat besar di tengah APBN yang sedang mengalami keterbatasan pendapatan.
Risiko kedua yang ditimbulkan dari perang Gaza adalah naiknya harga minyak mentah dunia. Pada periode Covid-19 dan perang Rusia – Ukraina, harga minyak mentah dunia sempat melambung tinggi jauh di luar asumsi yang ditetapkan APBN.
Pada akhirnya, APBN harus mengalami perombakan karena kebutuhan subsidi dan kompensasi Bahan Bakar Minyak (BBM) membengkak sangat besar.
Asumsi Indonesia Crude Price (ICP) untuk 2024 ditetapkan di kisaran angka 75 dollar AS – 80 dollar AS per barel.
Saat ini harga minyak mentah dunia untuk WTI sudah mencapai lebih dari 86 dollar AS per barel, sedangkan untuk jenis brent sudah lebih dari 88 dollar AS per barel.
Dengan kata lain, harga minyak mentah dunia saat ini sudah melebihi nilai yang ditetapkan dalam asumsi APBN Tahun Anggaran 2024.
Tidak menutup kemungkinan harga minyak mentah dunia akan terus melambung tinggi seiring dengan perang yang tidak berkesudahan.
Jika harga minyak mentah dunia kembali melambung tinggi, maka porsi subsidi dan kompensasi akan kembali membengkak dan menambah beban belanja pemerintah.
Padahal di waktu bersamaan pesta dari kenaikan harga komoditas sudah menghilang dan mengurangi pendapatan negara secara signifikan.
Di tengah ruang fiskal yang semakin menyempit, mempertahankan harga jual BBM dalam negeri menjadi hal yang sulit dilakukan.
Pada akhirnya, pemerintah akan kembali menaikkan harga jual BBM untuk masyarakat luas termasuk masyarakat kelas menengah ke bawah.
Jika hal ini terjadi, maka masyarakat harus bersiap-siap untuk kembali mengencangkan ikat pinggang supaya tetap bisa bertahan dalam gelombang ketidakpastian.
Masyarakat harus bersiap menelan pil pahit kenaikan harga pangan dan energi dalam waktu bersamaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.