Ia memperkuat hubungan pribadi, membentuk identitas antara anggota dan organisasi, dan menginspirasi tingkat komitmen anggota.
Pola komunikasi seperti itu yang perlu dibangun antara pemimpin dan anggota: Komunikasi yang menciptakan hubungan dan komitmen.
Terlebih, anggota di kementerian bekerja untuk melayani kepentingan rakyat. Dan semangat melayani tersebut yang harus terus dinyalakan oleh pemimpin.
Menciptakan hubungan komunikasi yang kuat merupakan tahap awal agar koordinasi antaranggota dan lembaga bisa lancar.
Pemimpin perlu menerapkan strategi komunikasi secara kontinyu terhadap pemimpin di kementerian lain.
Komunikasi secara kontinyu dan efektif bisa meminimalkan adanya miskomunikasi dan membuat setiap anggota kementerian menjadi lebih aktif dan terlibat dalam pekerjaannya.
Dengan demikian, apabila pola dan sistem komunikasinya dibenahi, perlahan masalah miskoordinasi kebijakan akan berkurang.
Kemudian, kita bicara pada masalah non-teknis. Kompetensi SDM memang menjadi tantangan, terlebih kementerian adalah lembaga dengan sistem birokrasi yang terbentuk sedemikian rupa.
Oleh karena itu, agar kementerian bisa membuat dan melaksanakan kebijakan dengan tepat, kompetensi SDM-nya harus meningkat.
Pemimpin di kementerian dapat melakukan survei terkait kompetensi apa yang dibutuhkan oleh para ASN dan juga tenaga honorer. Dari survei tersebut, pemimpin bisa menentukan kemampuan apa yang ingin ditingkatkan oleh para ASN.
Setelah pemetaan melalui survei, kementerian dapat berkolaborasi dengan learning platform yang ada di Indonesia.
Ada banyak pilihan learning platform sesuai kebutuhan dan situasi di setiap kementerian. Dengan beragam pilihan tersebut, seharusnya memberikan kemudahan bagi setiap pemimpin.
Tidak hanya peningkatan kompetensi secara hard skills, life skills ASN juga perlu ditingkatkan. Terlebih, kondisi dunia saat ini menuntut kerja cepat, tepat, dan fleksibel.
Dan menurut survei dari PwC tahun 2023, sebanyak 36 persen setuju bahwa kemampuan yang dibutuhkan pekerjaan saat ini akan berubah dalam lima tahun kedepan.
Di samping meningkatkan skills, pemimpin juga perlu membuat lingkungan kerja yang meleburkan sekat antargenerasi.
Pemimpin di kementerian bisa mengadopsi kerangka berpikir George Bradt dengan konsepnya yang bernama Brave Leadership: tidak membuat jarak lintas generasi, menjadi pendengar aktif dan memberikan feedback, memberikan kepercayaan untuk melakukan pekerjaan menantang, menjadikan pekerjaan yang dilakukan memiliki makna, dan menciptakan lingkungan kerja tanpa sekat birokrasi yang rumit.
Memimpin anak muda dan membuatnya berkembang di lingkungan birokrat menjadi salah satu tugas terpenting pemimpin di kementerian.
Adi Suyanto, Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN), pun menegaskan bahwa, “ASN Milenial, anak-anak muda adalah pemimpin masa kini dan masa yang akan datang!”
Hal ini bukan jargon semata, melainkan sebuah realita di lapangan yang akan kita rasakan pada masa depan. Milenial dan Gen Z yang akan memimpin dan mengubah cara kerja di lingkungan pemerintahan.
Oleh karena itu, kepemimpinan di kementerian harus mendorong generasi Milenial dan Z berkembang dan bisa memimpin di lingkungan birokrat.
Sebagai pilar terdepan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kekuatan Indonesia, peran kepemimpinan kementerian sangat penting untuk memastikan semua kebijakan akurat.
Terlebih, semakin berkembangnya suatu negara, kebutuhan rakyat juga semakin variatif. Kepemimpinan kementerian harus terus bertransformasi, sembari konsisten melayani kepentingan rakyat.
Pemimpin di kementerian harus konsisten fokus pada pengembangan manusia dan pembuatan kebijakan yang merakyat.
Menjalankan agenda tersebut secara konsisten bisa membuat kinerja kementerian menjadi jauh lebih efektif.
Terlebih, dengan gaya kepemimpinan transformatif dan servant, saya yakin, jajaran ASN di kementerian akan lebih termotivasi untuk melayani rakyat dengan senang hati.
Kita bisa belajar dari kementerian lain, di mana kementerian tersebut telah berkontribusi banyak pada perekonomian.
Di Korea Selatan ada kementerian start-up dan UMKM. Kementerian ini baru dibentuk pada tahun 2017 dengan tujuan mengawasi skema dukungan dana kepada start-up secara kontinyu untuk melanjutkan dan memperkuat momentum.
Sejak saat itu, kementerian ini telah bertanggung jawab terhadap pertumbuhan investasi start-up.
Pada 2021, start-up di Korea Selatan mendapatkan pendanaan hingga 6,4 miliar dollar, lebih tinggi dari tahun 2020 yang sebesar 3,6 miliar dollar.
Kementerian lainnya yang juga memberikan dampak besar pada negara adalah kementerian pariwisata Saudi Arabia.
Kementerian ini bahkan baru terbentuk pada tahun 2020. Namun, kementerian yang dipimpin oleh Ahmed El-Khateeb ini telah berhasil meningkatkan sektor pariwisata.
Pada 2022, sebanyak 93,5 juta wisatawan mendatangi tempat-tempat wisata di Arab Saudi. Pencapaian ini membuat Arab Saudi menjadi negara G20 dengan pertumbuhan tercepat di sektor pariwisata.
Selain dua kementerian di Asia, kita bergeser ke Amerika Tengah, di mana kementerian lingkungan dan energi Kosta Rika sukses membuat negaranya menjadi pionir dalam ekonomi hijau. Hal ini terbukti dari data tentang penggunaan energi.
Pada 2022, sebanyak 99,25 persen listrik di Kosta Rika berasal dari energi terbarukan. Pencapaian ini membuat Kosta Rika menjadi salah satu negara terdepan dalam menggunakan energi terbarukan.
Tiga kasus ini membuat kita belajar bahwa kepemimpinan transformatif dan berorientasi melayani banyak orang mampu menghasilkan pencapaian yang signifikan.
Kedepan, dua pendekatan kepemimpinan ini yang harus dihadirkan oleh pemimpin kementerian dalam jenjang jabatan apapun.
Saya yakin, kombinasi dua pendekatan kepemimpinan ini bisa membuat kementerian melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan rakyat akan merasakan manfaat dari kebijakan negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.