Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memintal Serat Limbah Daun Nanas, Merajut Asa Keberlanjutan di Cikadu

Kompas.com - 05/11/2023, 14:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

Kedua, inovasi dekortikator mini dengan segmentasi untuk penggunaan rumah tangga.

Ketiga, mengubah mesin penggerak (primeover) dekortikator mini mengunakan tenaga surya panel atau disebut decolacel.

Mesin decolacel dioperasikan menggunakan tenaga surya sehingga berkontribusi pada penurunan emisi sebesar 302.95 tonCO2eq per tahun dan penghematan listrik sebesar Rp 174.000 per bulan.

Decolacel ini bahkan telah mengantongi sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan hak paten dari Kementerian Hukum dan HAM per Oktober 2023.

Baca juga: Apa Itu CSR: Pengertian, Model, Tujuan, Manfaat, dan Contohnya

Senior Manager PEP Subang Field Ndirga Andri Sisworo mengatakan, Kelompok Pinlefi masuk ke program pemberdayaan warga di Pertamina untuk ring 2, yakni melihat apa yang bisa diperbuat Pertamina dengan nanas, selain dikonsumsi sebagai vitamin, serta limbah daun yang dibakar jadi polusi.

Dalam kesempatan itu, Pertamina bertemu dengan Alan sebagai local hero, dan terciptalah kerja sama antara kedua pihak agar bisa mencapai visi misi memberdayakan warga dalam program keberlanjutan.

“Sinergi dengan Kelompok Pinlefi dalam Program PESONA SUBANG diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengurangi dampak kerusakan lingkungan, dan mencapai pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” tutup Ndirga.

Baca juga: Menanam Mangrove, Mereduksi Emisi, Menuai Bisnis Keberlanjutan

Program PESONA SUBANG, merajut asa keberlanjutan di masa mendatang

Kepala Desa Cikadu Herman mengatakan, sangat gembira ada program Pertamina yang membantu Alan dan warganya semakin berkembang dan membanggakan.
"Betul-betul dari kampung bisa ke kota, dari serat nanas jadi kain dan bisa ada penghasilan," katanya.

Ke depan, Herman, Alan dan Pertamina EP Subang sepakat untuk mendorong kerja sama ini lebih jauh lagi. Ada sejumlah potensi yang bisa digali.

Pertama, potensi dari sisi bahan baku tekstil, kala banyak pabrik tekstil tutup garagara kekurangan bahan baku impor. Jika serat nanas mampu memenuhi permintaan pabrik kain lokal, tentu saja bisa menekan impor pada produk tekstil dan turunannya. Hal ini sesuai dengan program pemerintah untuk menekan impor.

Kedua, menjadikan inovasi mesin produksi serat nanas lebih masif lagi, agar lebih banyak daerah di Subang menciptakan keberlanjutan melalui pengolahan limbah daun nanas menjadi serat nanas. Bahkan, tak hanya Subang, bisa saja diproduksi untuk memenuhi kebutuhan daerah lain.

Ketiga, produk turunan serat nanas, misal jadi pakan ternak, pupuk, hingga kertas. "Sebagai pakan ternak ternyata serat daun nanas mengandung 50 persen karbohidrat, 25 persen protein dan 25 persen serat," kata Head of Communication Relation & CID Pertamina EP Zona 7 (Jawa bagian barat) Wazirul Lutfi.

Ia menambahkan, pemanfaatan limbah daun nanas jadi pakan ternak sudah berjalan namun belum ada penelitian ulang apakah dampaknya signifikan ke ternak warga, walau dari sisi fisik ternak terlihat ada perkembangan.

Sedangkan pemanfaatan limbah potongan serat daun nanas saat ini dikembangkan jadi kertas, yang kemudian diserap oleh Pertamina.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com