JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menargetkan Indonesia sudah tidak melakukan kegiatan ekspor gas bumi pada 2036 mendatang. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan, nantinya 100 persen gas bumi akan ditujukan untuk kebutuhan domestik.
"Kita sudah tidak ekspor gas lagi tahun 2036, kita manfaatkan untuk dalam negeri selama dengan catatan infrastrukturnya sudah lengkap," ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Minggu (5/11/2023).
Ia menuturkan, untuk menyetop ekspor tersebut, pemerintah tengah menggenjot pembangunan infrastruktur pendukung gas bumi.
Baca juga: Temuan Cadangan Gas di RI Besar, Ini Upaya Badak LNG Memonetisasinya
Di antaranya dengan pembangunan pipa gas bumi Cirebon-Semarang (Cisem) dan Dumai-Sei Mangke.
Pembiayaan proyek tersebut menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui skema multi years, dengan kebutuhan anggaran pembangunan pipa gas Cisem mencapai Rp 4,47 triliun dan Dumai-Sei Mangke sebesar Rp 6,6 triliun.
Dengan pembangunan infrastruktur pipa gas bumi, maka akan meningkatkan pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik, sebut Djoko, salah satunya ialah jaringan gas bumi (jargas) untuk rumah tangga.
"Sekarang sudah hampir 900.000 sambungan rumah tangga, dengan APBN 80 persen, dan 20 persen sisanya dilakukan oleh PT PGN," jelas Djoko.
Selain itu, untuk meningkatkan pemanfaatan gas domestik, pemerintah pun telah mematok harga gas industri sebesar 6 per mmbtu, sehingga diharapkan akan menarik investor untuk datang ke Indonesia.
"Investor bisa datang dan membangun pabriknya disini, karena harga gasnya murah, sehingga akan menimbulkan multiplier effect," kata dia.
Adapun hingga saat ini, pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik mencapai 68 persen dari total produksi gas bumi Indonesia sebesar 5.446,90 BBTUD, dan sisanya untuk ekspor ke luar negeri.
Tercatat pada tahun 2022 nilai ekspor LNG Indonesia secara total mencapai 6,6 miliar dollar AS atau naik dari 4,6 miliar dollar AS di tahun 2021.
Sedangkan nilai ekspor gas melalui pipa di tahun 2022 sebesar 3,13 miliar dollar AS, meningkat dibandingkan tahun 2021 senilai 2,84 miliar dollar AS.
Baca juga: Kemenperin: Industri Manufaktur Tertekan Imbas Harga Gas Khusus Tak Berjalan Baik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.