The Fed kini terus-menerus melakukan pengetatan kuantitatif dengan memotong kepemilikan obligasi.
Upaya serupa juga dilakukan ECB untuk mengurangi neraca keuangannya yang besar, yang tampaknya menjadi salah satu pertimbangan untuk mempertahankan suku bunga.
Dari perspektif negara berkembang, ketika imbal hasil Treasury AS meroket menyusul kebijakan The Fed yang hawkish, setidaknya terdapat dua risiko penting.
Pertama, adanya risiko pelarian modal, yang pada gilirannya memperketat pasokan dollar AS dalam negeri. Kedua, inflasi impor akibat apresiasi dollar AS setelah pelarian modal.
Oleh karena itu, bahkan jika inflasi dalam negeri relatif terkendali dengan baik, kita mungkin mulai menganggap kenaikan suku bunga sebagai langkah pro-stabilitas yang dapat dilakukan oleh bank sentral.
Tekanan inflasi di negara-negara maju mungkin akan perlahan-lahan menghilang seiring dengan mulainya efek pengetatan moneter.
Namun kita mungkin masih ingin bersiap menghadapi masa depan yang tidak pasti akibat dinamika suku bunga baru yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.