Ketika ada perusahaan angkutan menolak mengangkut barang melebihi kapasitas, maka pemilik barang akan mencari perusahaan angkutan logistik lainnya yang mau mengangkut barang berlebih.
Akibatnya, pangsa pasar kendaraan tertib dimensi dan tertib berat muatan menjadi turun. Bagi bisnis angkutan, hal ini tentu kurang bagus.
Dengan demikian, penertiban ODOL bukan dilakukan di jalanan. Penetibannya bisa jadi harus dilakukan ke pemilik barang.
Pasalnya, mereka sebagai produsen barang, menerapkan standar berlebih yang menyebabkan perusahaan angkutan logistik berada dalam posisi dilema.
Artinya, Kementerian Perdagangan harus turun tangan dengan membawa kementerian terkait untuk menertibkan pengusaha yang menyebabkan truk menjadi obesitas.
Sayangnya, industri otomotif ikut-ikutan obesitas. Sasis bertambah panjang dan kuat, baik di pabrikan maupun karoseri. Hal ini terjadi karena ada persaingan antara produsen otomotif satu dengan lainnya.
Tentu saja, perusahaan otomotif harus mengisi ceruk pasar. Ketika ada permintaan kendaraan dengan dimensi besar, tinggi, memiliki power, dan sasisnya siap untuk dibuat obesitas, maka kendaraan seperti itu yang disiapkan.
Sektor ekonomi juga menuntut biaya logistik murah agar barang menjadi murah. Semakin banyak barang yang diangkut, maka biaya di transportasi akan menurun.
Dampaknya pada harga barang menjadi “murah”. Walaupun pandangan ini menjadi perdebatan, apakah benar truk obesitas menekan harga barang?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.