JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melaporkan, klaim asuransi kesehatan mencapai Rp 15,24 triliun pada kuartal III-2023.
Angka tersebut tumbuh 32,9 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 11,47 triliun. Pada tahun sebelumnya, klaim kesehatan tumbuh 35,1 persen secara tahunan.
Dengan demikian, klaim kesehatan hampir tumbuh dua kali lipat sejak 2021.
Padahal secara keseluruhan, klaim industri asuransi jiwa turun 4,4 persen secara tahunan menjadi Rp 122,46 triliun pada September 2023.
Baca juga: Pekerja dengan Gaji UMR Juga Bisa Punya Asuransi Kesehatan
Ketua Bidang Operational of Excellent IT & Digital (Customer Centricity) AAJI Edy Tuhirman menuturkan, penurunan total klaim berbanding terbalik pada klaim terkait asuransi kesehatan yang masih menunjukkan peningkatan yang tinggi.
"Sejak 2022, nilai klaim kesehatan lebih tinggi daripada klaim meninggal dunia," kata dia dalam Konferensi Pers Laporan Kinerja Industri Asuransi Jiwa Januari-September 2023, Rabu (29/11/2023).
Ia menambahkan, rasio pembayaran klaim asuransi kesehatan dengan pendapatan premi mencapai 122 persen.
Baca juga: Asosiasi Sebut Industri Asuransi Umum dan Reasuransi Belum Sehat
Lebih lanjut Edy mengungkapkan, terdapat tiga penyebab klaim asuransi kesehatan meningkat, yakni dampak Covid-19, pemanasan global, dan inflasi kesehatan.
Pemanasan global membuat tren demam berdarah terus meningkat. Dulu, demam berdarah rawan terjadi di musim pancaroba, tetapi saat ini klaim demam berdarah terus meningkat setiap bulan.
Asal tahu saja, rata-rata biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan demam berdarah berkisar Rp 25 juta.
Klaim penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) juga mengalami peningkatan akibat dari buruknya kualitas udara.
Baca juga: AAJI Paparkan Pentingnya Asuransi Kesehatan di Tengah Inflasi Medis
Selain itu, waktu yang diperlukan untuk perawatan penyakit ISPA juga semakin lama, dari sekitar 2-3 hari menjadi 2 minggu.
Selain itu, terjadi juga dampak inflasi dari luar negeri yang berimbas pada klaim kesehatan. Pasalnya, mayoritas peralatan medis dan obat-obatan berasal dari luar negeri.
"Jadi selain ada peningkatan frekuensi klaim yang terjadi, juga terjadi peningkatan klaim per unitnya," jelas dia.
Untuk menanggulangi hal tersebut, industri asuransi jiwa dapat melakukan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan menaikkan tingkat premi.
"Asurani juga sudah melakukan itu (peningkatan premi), tapi itu sejujurnya belum cukup untuk menutupi klaim yang terjadi," terang dia.
Untuk itu, Edy mengimbau masyarakat untuk memiliki asuransi kesehatan. Hal ini agar masyarakat tidak menanggung sendiri risiko yang akan dihadapi.
Sebagai informasi, hasil riset Mercer Marsh Benefits (MMB) dalam Health Trends 2023 menyebut, Medical Trend Rate atau biaya kesehatan di Indonesia diproyeksikan meningkat hingga 13,6 persen di 2023.
Prediksi biaya kesehatan di Indonesia ini lebih tinggi dari proyeksi Asia di 11,5 persen. Angka tersebut juga melebihi inflasi keuangan Indonesia pada 2022 sebesar 5,5 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.