Hanya saja, wilayah lahan kering umumnya mempunyai kendala ketersedian air yang tidak mencukupi untuk usaha tani sepanjang tahun.
Selain itu, wilayah lahan kering umumnya berlereng, berbukit, dan bergunung yang menuntut kehati-hatian dalam pengelolaan lahan serta menyulitkan dalam transportasi untuk mengangkut sarana produksi pertanian serta hasil panen.
Namun, faktor pembatas utama usaha tani lahan kering adalah sumber daya air, baik secara kuantitas maupun kualitas dalam mendukung intensifikasi.
Oleh karena itu, eksplorasi, eksploitasi, dan distribusi pemanfaatan sumberdaya air perlu terus ditingkatkan pada seluruh wilayah lahan kering.
Penerapan teknologi modern pengelolaan air sangat mendukung pengembangan eksplorasi sumber dan pengelolaan air sebagai entry point menentukan prospek keberhasilan pengembangan Upland.
Indonesia dapat berjaya di sektor pertanian lahan kering jika melakukan terobosan sistem irigasi.
Selama ini irigasi di lahan pertanian mengandalkan sistem terbuka berupa saluran permanen atau saluran nonpermanen. Pengairan terbuka berbiaya tinggi serta rawan kebocoran air.
Terobosan irigasi dapat dilakukan dengan beralih ke sistem tertutup, yaitu pipanisasi yang lebih hemat biaya dan risiko kebocoran air lebih rendah.
Pada sistem terbuka diperlukan pembebasan lahan dengan biaya tenaga kerja tinggi. Pada sistem tertutup tidak diperlukan pembebasan lahan. Biaya instalasi pipa juga tergolong rendah.
Model sistem irigasi tertutup dengan pipa paralon sebetulnya sudah dilakukan dalam bentuk pilot project Badan Litbang Pertanian (sekarang Badan Standarisasi Intrumen Pertanian/BSIP) di lahan sekitar 100 ha di Desa Senayan, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Di sana lahan pertanian dikembangkan dengan pipanisasi. Sumber air berasal dari sumur-sumur bawah tanah dengan kedalaman hingga 80 m.
Sistem irigasi dilengkapi dengan instalasi listrik melalui PLN untuk pertanian sehingga petani yang membutuhkan air membeli listrik dengan token. Dengan cara ini petani secara cerdas dapat mengatur pengairan untuk tanamannya.
Awalnya mereka hanya menanam jagung sekali setahun terutama saat musim hujan. Dengan tersedianya irigasi perpipaan, petani di Desa Senayan Sumbawa dapat bertanam jagung paling tidak dua kali dalam setahun. Bahkan para petani sudah mulai menanam bawang merah di sela waktu tanaman jagung.
Contoh lain di Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Para petani yang difasilitasi Upland Project, proyek Kementerian Pertanian dengan pinjaman Islamic Development Bank, memasang pipa paralon dari Gunung Kawi sejauh 5 km.
Air ditampung terlebih dahulu pada embung, yang dibangun secara permanen secara swadaya para petani dengan fasiitasi dari Upland Project.