Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Ir. Muhrizal Sarwani, M.Sc.
Analis Kebijakan Utama Kementan

Analis Kebijakan Utama Kementerian Pertanian

Terobosan Irigasi Pertanian: Antisipasi Dampak El Nino Terulang

Kompas.com - 01/12/2023, 17:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Air dialirkan ke lahan-lahan petani dengan memanfaatkan gaya gravitasi melalui pipa-pipa paralon.

Menunggu air bagi para petani di Pujon Kidul ibarat menunggu gajian. Pada musim kemarau, mereka butuh waktu 25—30 hari untuk mendapat giliran pasokan air.

Saat giliran mereka hanya boleh menyirami lahan selama 3—5 hari. Sementara pada musim hujan mereka harus menunggu 14 hari untuk mendapat air.

Pantas wajah lahan pertanian di Pujon Kidul sepanjang 2015—2018 kering kerontang. Hanya jagung dan wortel yang mampu bertahan hidup karena sedikit membutuhkan air.

Melalui kegiatan proyek yang dibiayai oleh Islamc Development Bank ini, kini wajah Desa Pujon Kidul berbalik seratus delapan puluh derajat.

Air mengalir terus menerus tanpa henti. Embung ukuran 45 m x 9 m x 1,2 m menampung air dari mata air dengan debit 15 liter/detik melalui paralon ukuran 6 inchi.

Dengan embung itu, 40 ha lahan di Pujon Kidul tetap produktif meskipun El Nino melanda sebagian besar Indonesia.

Dengan embung yang dibangun setahun lalu oleh Upland Project itu pembagian air bagi lahan seluas 40 ha menjadi harian dari sebelumnya bulanan.

Air mengocor ke lahan mulai pukul 04.00 dini hari hingga 11.00. Berikutnya air kembali mengalir ke lahan dari pukul 17.00 hingga 22.00.

Berkat embung itulah lahan di sana dapat menumbuhkan padi, bawang merah, kol, kubis, tomat, cabai, kol, kubis, tomat, dan cabai.

Beberapa pilot project di Sumenep, Jawa Timur; Banjarnegara, Jawa Tegah; Garut, Jawa Barat juga menunjukkan pipanisasi dapat membantu menghidupkan lahan meskipun kemarau melanda.

Total ada 13 kabupaten yang berupaya mencoba teknik tersebut. Bukti keberhasilan tersebut dapat diduplikasi di daerah lain secara nasional.

Model pengairan tertutup sebetulnya telah berakar dalam tradisi pertanian di Tanah Air terutama di dataran tinggi.

Ketika itu, air dari mata air dialirkan melalui pipa alami berupa bambu berdiameter besar yang disambung berundak-undak. Namun, teknik ini hilang ketika mata air semakin sulit didapat dan bahan baku bambu semakin sulit didapat.

Kini model irigasi tertutup dapat didesain lebih modern. Pipa paralon tahan lama nyaris sepanjang waktu kecuali karena bocor oleh benturan.

Material PVC tahan urai dan tahan karat tidak seperti pipa besi. Demikian pula sambungan antar paralon lebih aman dari kebocoran.

Cerita sukses dan tradisi lokal yang mendalam diharapkan membuat adopsi sistem irigasi tertutup oleh masyarakat mudah.

Dengan terobosan itu, lahan-lahan kering di Tanah Air dapat produktif, baik musim hujan maupun musim kemarau.

*Muhrizal Sarwani, Analis Kebijakan Kementerian Pertanian
Destika Cahyana, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com