Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensus Pertanian 2023: Petani Menua, Upah Kecil, dan Produktivitas Turun

Kompas.com - 05/12/2023, 11:01 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tantangan di sektor pertanian semakin berat. Berdasarkan hasil sensus pertanian (ST) 2023 tahap 1 Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah usaha pertanian turun, jumlah petani berusia di atas 55 tahun kian bertambah, upah buruh tani melemah, dan petani gurem bertambah dalam 10 tahun terakhir.

Hal ini tentu akan berdampak pada kesejahteraan dan regenerasi petani serta ketersedian pangan nasional.

Adapun Sensus Pertanian 2023 tahap 1 ini dilakukan BPS selama periode 1 Juni-31 Juli 2023 dan hasilnya diumumkan pada Senin (4/12/2023).

Baca juga: Mantan Wamentan: Pendapatan Petani Indonesia Rata-rata Rp 1 Juta, Masih di Bawah UMP

Kompas.com merangkum lima poin dari hasil sensus pertanian (ST 2023) tahap 1 sebagai berikut:

1. Jumlah usaha pertanian turun

Sekretaris Utama (Sestama) Badan Pusat Statistik Atqo Mardiyanto mengatakan, hasil sensus menunjukkan bahwa jumlah usaha pertanian mencapai 29,36 juta dalam 10 tahun terakhir.

Angka tersebut turun sebesar 2,36 juta atau 7,42 persen dibandingkan hasil sensus pertanian 2013 yaitu sebesar 31,7 juta.

"Turun sebanyak 2,36 juta atau 7,42 persen dibandingkan dengan data tahun 2013," kata Atqo dalam acara Diseminasi Hasil Sensus Pertanian 2023 Tahap 1 dalam sebuah video di The Ritz Carlton, Jakarta, Senin (4/12/2023).

Adapun usaha pertanian di Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu Usaha Pertanian Perorangan (UTP), Usaha Pertanian Berbadan Hukum (UPB), dan Usaha Pertanian Lainnya (UTL).

Usaha pertanian perorangan tercatat sebanyak 29,3 juta unit atau turun 7,45 persen dibandingkan 2013.

Sementara itu, jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum (UPB) tercatat sebanyak 5.705 unit atau naik 35,54 persen dari tahun 2013 sebanyak 4.209 unit. Kemudian, jumlah usaha pertanian lainnya sebanyak 12,92 persen unit atau naik 116,08 persen dari tahun 2013.

Baca juga: Sensus Pertanian 2023: Jumlah Usaha Petani Turun 7,42 Persen

2. Petani semakin menua

Hasil sensus pertanian juga menunjukkan bahwa petani usia di atas 55 tahun terus bertambah dan mendominasi.

Berdasarkan data sensus, jumlah petani generasi X atau perkiraan usia 43-58 tahun saat ini mencapai 42,39 persen.

Kemudian, petani baby boomer atau perkiraan usia 59-77 tahun mencapai 27,61 persen. Sementara itu, petani milenial atau perkiraan usia 27-42 tahun mencapai 25,61 persen.

Baca juga: Sensus Pertanian 2023, BPS: Mayoritas Usia Petani di Atas 55 Tahun

3. Petani gurem bertambah

Masih dalam data yang sama, jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) gurem atau petani gurem naik 2,64 juta dalam 10 tahun terakhir.

Dengan demikian, jumlah petani gurem kini mencapai 16,89 juta atau naik 18,54 persen dibandingkan hasil sensus pertanian 2013.

RUTP Gurem adalah petani yang memiliki atau menyewa lahan pertanian kurang dari 0,5 Hektar.

Adapun jika dilihat berdasarkan wilayah, persentase petani gurem di Pulau Sumatera paling tinggi terdapat di Provinsi Aceh yaitu sebesar 57,68 persen.

Sementara itu, persentase petani gurem di Pulau Jawa paling tinggi terdapat di Provinsi DI Yogyakarta yaitu sebesar 87,75 persen.

Kemudian persentase petani gurem di Pulau Bali dan Nusa Tenggara paling tinggi terdapat di Provinsi Bali yaitu sebesar 69,32 persen.

Lalu persentase petani gurem di Kalimantan paling tinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Selatab yaitu sebesar 42,41 persen.

Selanjutnya, persentase petani gurem di Sulawesi paling tinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebesar 41,23 persen.

Terakhir, persentase petani gurem di Maluku dan Papua paling tinggi terdapat di Provinsi Papua Pegunungan yaitu sebesar 98,63 persen.

Baca juga: Sensus Pertanian 2023, Jumlah Petani Gurem Naik Jadi 16,89 Juta

4. Upah buruh tani kecil

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, saat ini upah riil buruh tani saat ini cenderung melemah. Hal ini, kata dia, berdampak langsung pada kesejahteraan petani.

"Kalau kita lihat nominal meningkat tapi upah nominal tidak bisa menggambarkan secara persis mengenai tingkat kesejahteraan petani, sementara itu upah riil cenderung menurun," kata Amalia.

Ia juga mengatakan, sebaran penduduk miskin berdasarkan wilayah paling banyak terjadi di pedesaan. Kemiskinan di pedesaan tersebut, kata dia, didominasi dari sektor pertanian.

"Misalnya Nias Utara dan tingkat kemiskinan 21,79 persen, ternyata 52,95 persen PDBRB-nya tergantung pada sektor pertanian. Kemudian sebagian besar rumah tangga miskin atau 48,86 persen memiliki sumber penghasilan utaka dari sektor pertanian," ujarnya.

Baca juga: Bantah Food Estate Gagal, Mentan: Pertanian Enggak Bisa Sekaligus

5. Produktivitas turun

Data BPS juga menunjukkan bahwa produktivitas di sektor pertanian lebih rendah dibandingkan sektor industri pengolahan.

"Produktivitas pertanian kira-kira hanya satu seperenam dari produktivitas sektor pengolahan," kata Amalia.

Terakhir, Amalia mengatakan, rendahnya produktivitas petani berkaitan pula dengan status pekerja yang sebagian besar adalah pekerja informal.

"Sekitar 88 persen dalam 10 tahun terakhir, 88 persen dari pekerja yang bekerja di sektor pertanian berstatus informal," ucap dia.

Baca juga: Sensus Pertanian 2023 Tahap 1: Cabai dan Bawang Jadi Penyumbang Inflasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertamina Hulu Rokan Produksi Migas 167.270 Barrel per Hari Sepanjang 2023

Pertamina Hulu Rokan Produksi Migas 167.270 Barrel per Hari Sepanjang 2023

Whats New
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 17 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 17 Mei 2024

Spend Smart
3 Tanda Lolos Kartu Prakerja, Apa Saja?

3 Tanda Lolos Kartu Prakerja, Apa Saja?

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 17 Mei 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Wall Street Berakhir di Zona Merah, Dow Sempat Sentuh Level 40.000

Whats New
KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

KB Bank Dukung Swasembada Pangan lewat Pembiayaan Kredit Petani Tebu

BrandzView
5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

5 Cara Transfer BRI ke BCA Lewat ATM hingga BRImo

Spend Smart
Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Whats New
Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan  Sosialisasi dan Dorong Literasi

Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, Kemenkop-UKM Terus Lakukan Sosialisasi dan Dorong Literasi

Whats New
Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Whats New
Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Whats New
Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Whats New
Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Whats New
Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com