Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Populix: 54 Persen Masyarakat RI Belanja di "E-commerce", Mayoritas Gen Z

Kompas.com - 07/12/2023, 15:02 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei Populix mencatat bahwa sebanyak 54 persen masyarakat Indonesia memilih untuk berbelanja di e-commerce, dengan mayoritasnya dilakukan oleh gen Z. Namun, sebanyak 42 persen masyarakat masih berbelanja secara offline, sisanya berbelanja di social commerce.

Head of Research Populix Indah Tanip mengatakan, ada fenomena yang menunjukkan perubahan pada model belanja masyarakat yang cukup cepat terjadi dari yang awalnya melakukan transaksi secara offline, menjadi online.

“Metode belanja lebih dari setengah masyarakat yang disurvei prefer belanja di e-commerce. Sudah menjadi kebiasaan belanja di e-commerce walaupun separuhnya mereka juga senang belanja di toko. Ada 3 persen orang yang memilih social commerce yang dilakukan gen z,” kata Indah di Jakarta, Kamis (7/12/2023).

Baca juga: Asosiasi E-Commerce Minta Penetapan HPP Dikaji Lebih Dalam

Indah mengatakan penelitian tersebut dilakukan mengingat ada pergeseran fenomena dari sebelumnya orang-orang terbiasa melakukan transaksi secara offline, kini berangsur angsur berubah ke digital.

“Kita melihat perilaku mereka secara ekonomi mempengaruhi industri kita, yang akan dipetakan untuk 2024,” kata dia.

Indah mengatakan, kebiasaan berbelanja Gen Z dan milenial berbeda. Gen Z ketika berbelanja cenderung FOMO (Fear Of Missing Out) dan takut ketinggalan tren. Hal ini pada akhirnya menjadikan pola belanja lebih implusif.

Baca juga: TikTok Shop Bakal Gandeng GoTo, Ini Kata Asosiasi E-Commerce

“Ketika mereka (Gen Z) berbelanja, mereka lebih implusif karena sifatnya lifestyle. Berbeda dengan milenial dengan usia lebih matang, mereka akan lebih stabil tidak hanya dari income tapi juga pengeluaran,” lanjut dia.

Indah mengatakan, terdapat beberapa perbedaan bentuk belanja online dan offline. Pertama, online shopping lebih kepada efisiensi waktu, biaya, dan tenaga. Selain itu, belanja secara online tidak perlu keluar rumah karena semua sudah ada dalam gawai, ditambah lagi belanja online lebih reachable dan mudah melalui aplikasi.

“Belanja online terpengaruh oleh konsumer review, begitu juga harga yang bisa kita bandingkan dengan mudah. Bedanya dengan offline, orang kalau belanja di offline mereka butuh interaksi dengan sales yang ada di toko, mereka bisa coba (produk),” kata dia.

Baca juga: Asosiasi E-commerce Pastikan Lazada dan Shopee Sudah Tutup Layanan Impor

Penetrasi internet pesat

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag Kasan mengatakan, pada 2023 penetrasi internet meningkat 79 persen atau bertambah sekitar 5 juta orang. Hal ini mendorong minat berbelanja yang dilakukan secara online.

“Ini artinya penduduk Indonesia terhubung dengan internet sebanyak hampir 216 juta orang, yang juga merupakan satu jumlah yang cukup besar,” ungkap Kasan.

Di sisi lain, nilai ekonomi Indonesia pada  2021 sebesar 70 miliar dollar AS dan diperkirakan 2025 mencapai sekitar 146 miliar dollar AS.

Baca juga: Pemerintah Bakal Larang E-commerce Jual Barang di Bawah HPP, Bikin UMKM Merugi?

Kasan mengatakan, peran ekonomi digital bagi Indonesia juga diproyeksikan akan tumbuh menjadi 23,6 persen dari PDB nasional pada 2030. Ini hampir sama dengan kontribusi dari ekspor barang dan jasa yang saat ini angkanya 24-25 persen terhadap PDB nasional.

“Saat ini e-commerce masih menyumbang pertumbuhan ekonomi digital dalam hal ini Bank Indonesia memperkirakan angka transaksi e-commerce mencapai Rp 533 triliun, naik sekitar 12 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun depan tentu proyeksinya jauh lebih menjanjikan, jadi cuannya lebih banyak,” ucap dia.

Dengan mempertimbangkan proyeksi dan peran ekonomi digital, pemerintah telah menetapkan visi ekonomi digital 2022-2030 yaitu target menjadi top 4 ekonomi digital terbesar di kawasan Asia.

Baca juga: Pemerintah Bakal Larang E-commerce Jual Barang di Bawah HPP, Bikin UMKM Merugi?

Untuk mencapai posisi tersebut pemerintah juga menerapkan target capaian pada 2030, pertama menaikan ranking digital scale menjadi 25 dari 140 negara, lalu meningkatkan ratio UMKM yang terdigitalisasi menjadi sekitar 41 persen.

“Pemerintah juga mendorong pembayaran digital menjadi 40 persen dari jumlah penduduk Indonesia serta meningkatkan peran ekspor produk berteknologi tinggi terhadap PDB menjadi 2 persen,” jelasnya.

Kasan memastikan pihaknya akan mendukung ekonomi digital dengan menginisiasi kebijakan dan program untuk mendorong peran dari generasi muda dalam mendorong perekonomian khususnya ekonomi digital.

Baca juga: Lazada: Indonesia Pasar Besar untuk E-commerce, Semua Punya Kesempatan Sama

Di antara beberapa kebijakan pertama membangun infrastruktur telekomunikasi, lalu kedua, investasi di startup lalu program umkm go digital, serta Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan berbagai inistif lainnya.

“Program BBI, setelah saya cek dari big data e-commerce ternyata transaksi yang berkaitan dengan BBI itu tidak lebih dari 5 persen dari seluruh transaksi setiap ada program BBI,” ungkap dia.

“Ini adalah pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mendorong program UKM digital untuk masuk e-commerce, yang tentu ini akan mendorong produk lokal bisa menguasai dan minimal sejajar dengan produk dari luar. Kita juga di kemendag terus mendukung pembangunan ekosistem yang adil,” sambung dia.

Baca juga: Teten Heran Pengusaha Logistik Gugat Aturan Larangan Impor di E-commerce

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com