Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pupuk Indonesia Akan Sempurnakan i-Pubers untuk Distribusi Pupuk Subsidi

Kompas.com - 08/12/2023, 14:40 WIB
Elsa Catriana,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pupuk Indonesia (Persero) mendukung Kementerian Pertanian (Kementan) RI untuk menyempurnakan aplikasi Integrasi Pupuk Bersubsidi i-Pubers sebagai komitmen meningkatkan tata kelola penyaluran pupuk bersubsidi

Hal ini menyusul adanya keluhan petani yang sulit mendapatkan pupuk subsidi melalui layanan i-Pubers.

Senior Project Manager Advokasi Publik Pupuk Indonesia, Yana Nurahmad Haerudin mengungkapkan, i-Pubers merupakan hasil "perkawinan" antara t-Pubers (Tebus Pupuk Bersubsidi) yang dimiliki Kementan dengan aplikasi REKAN dari Pupuk Indonesia.

Baca juga: Resmi, Kini Petani Bisa Tebus Pupuk Subsidi Pakai KTP

Aplikasi ini mengintegrasikan data penerima pupuk subsidi di e-alokasi dengan data stok pupuk yang ada di Pupuk Indonesia.

Dalam implementasinya, Yana menjelaskan,  secara umum i-Pubers telah beroperasi dengan baik di 6 provinsi yakni Provinsi Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Rinciannya, di 3.140 kios atau 12 persen dari total kios yang dimiliki Pupuk Indonesia di seluruh pelosok negeri sebanyak 26.400. 

Namun ia juga tidak memungkiri secara nasional masih ada sekitar 819 blank spot atau kawasan yang tidak tersentuh layanan i-Pubers ini. 

Baca juga: Tantangan Pertanian Pangan RI, Produktivitas hingga Pupuk

“Kami bersama Kementan terus melakukan penyempurnaan agar aplikasi i-Pubers ini bisa diterapkan dengan optimal, menjadikan tata kelola penyaluran pupuk bersubsidi semakin baik. Pupuk bersubsidi dapat diterima petani sesuai dengan regulasi dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional," ujar Yana dalam siaran pers, Jumat (8/12/2023). 

Adapun solusi bagi petani yang tidak bisa mendapatkan pupuk subsidi yang berada dalam kawasan blank spot itu adalah bisa melakukan transaksi penyaluran di luar titik kios. Selain itu, Pupuk Indonesia juga telah dibantu operator seluler dengan melakukan upgrade jaringan.

Ilustrasi pupuk urea dari ammoniumSHUTTERSTOCK/VITALII STOCK Ilustrasi pupuk urea dari ammonium

"Pada saat transaksi, KTP milik petani dan pupuk yang ditebus nanti difoto oleh kios melalui i-Pubers yang sudah dilengkapi dengan teknologi Geotagging. Teknologi ini bisa memberikan informasi tambahan seperti lokasi geografis, dan nama tempat transaksi," ujar Yana.

Adapun manfaat lain yang diperoleh dengan i-Pubers ini adalah adanya digitalisasi proses penebusan dan dokumen administrasi penebusan pupuk bersubsidi lebih teratur.

Baca juga: KTNA Ungkap Penyebab Petani Sulit Dapat Pupuk Subsidi meski Distribusi Pakai Aplikasi

Kemudian aplikasi ini memberikan kemampuan untuk menelusuri penyaluran pupuk bersubsidi di tingkat kios dengan menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK). Selain itu akan mempermudah kontrol stok produk secara real-time.

Sementara itu, perwakilan dari Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Yanti Ermawati menuturkan, pengembangan aplikasi i-Pubers ini merupakan upaya agar penyaluran pupuk bersubsidi sesuai dengan sasaran.

"Pupuk bersubsidi ini menjangkau 5.931 kecamatan di seluruh Indonesia. Untuk memastikan pupuk bersubsidi betul-betul sampai ke sana, mau tidak mau harus ada aplikasi yang bisa menghimpun hingga bukti-bukti transaksinya. Kami mencoba dengan Pupuk Indonesia. Melalui uji coba ini, kendala-kendala yang muncul bisa dicarikan solusi," ujar Erma.

Ia mengungkapkan, i-Pubers ini akan dikembangkan untuk rencana pemerintah pada bantuan langsung, yang akan ditransfer uangnya kepada petani penerima bantuan dan akan terus melakukan perbaikan aplikasi untuk menyesuaikan dengan rencana tersebut.

Baca juga: Pupuk Indonesia Ingin Jadi Pemain Global Industri Green Ammonia

Sebelumnya, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat mengungkapkan petani hingga saat ini masih sulit mendapatkan pupuk subsidi meskipun pendistribusiannya sudah menggunakan aplikasi iPubers.

Ketua KTNA Jawa Barat Otong Wiranta menjelaskan yang menjadi penyebabnya adalah lantaran petani belum sepenuhnya mengerti soal mekanisme mendapatkan pupuk yang baru atau transisi dari cara manual ke online.

"Petani belum sepenuhnya mengerti soal mekanisme mendapatkan pupuk yang baru atau transisi dari cara manual ke online. Terutama petani padi yang sudah sepuh, latar pendidikan mereka hanya SD atau SMP," ujar Otong dalam diskusi virtual Rabu (6/12/ 2023).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com