Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannes Eudes Wawa
Penulis Lepas

Menjadi wartawan dan editor harian Kompas 1997-2019

Pelita Air Setelah Pertamina Berusia 66 Tahun

Kompas.com - 15/12/2023, 17:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Setidaknya ada sejumlah kondisi yang memungkinkan Pelita Air dapat bertumbuh maksimal. Pertama, bisnis Pelita Air tidak mengalami dampak serius akibat serangan Covid-19, sebab selama ini fokus melayani penyewaan pesawat.

Pelita Air baru memasuki penerbangan berjadwal pada 28 April 2022. Artinya, secara keuangan tidak terganggu.

Kedua, saat ini jumlah pesawat komersial berjadwal untuk penerbangan dalam negeri masih terbatas. Menurut data Kementerian Perhubungan, hingga 30 Agustus 2023, jumlah pesawat yang dioperasikan untuk penumpang niaga berjadwal sebanyak 393 unit.

Pesawat yang sedang perawatan 173 unit. Sementara kebutuhan idealnya 700 unit pesawat.

Ketiga, sekitar 40 persen biaya operasional pesawat adalah avtur atau bahan bakar minyak. Harga avtur selalu mengikuti harga minyak dunia. Belakangan harga avtur selalu naik.

Hal tersebut sering menjadi masalah bagi sejumlah maskapai. Akan tetapi, bagi Pelita Air, persoalan ini takkan menjadi kendala serius, sebab Pertamina pasti tetap menyulai avtur sebagai bagian dari investasi.

Budaya kerja

Akan tetapi, ada sejumlah persoalan juga bakal menghadang Pelita Air. Jika masalah ini tidak tertangani dengan baik, berpeluang maskapai ini bakal berjalan agak tertatih juga.

Pertama, adanya depresiasi nilai tukar rupiah. Melemahnya nilai tukar rupiah ini menjadi beban serius bagi industri penerbangan, terutama maskapai Indonesia yang hanya mengandalkan penerbangan domestik.

Penerbangan ini pendapatannya hanya dalam bentuk rupiah. Padahal hampir semua komponen produksi penumpang berkaitan dengan nilai tukar asing, yakni dollar AS. Misalnya, biaya sewa pesawat, suku cadang, dan asuransi.

Kedua, Transformasi bisnis Pelita Air menuntut budaya kerja yang lebih responsif, lebih aktif dalam mempromosikan dan memasarkan maskapai ini kepada publik. Promosi itu melalui publikasi media massa, media sosial dan media lainnya.

Dengan demikian, Pelita Air menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat. Setelah itu menjadi pertama setiap kali mereka ingin terbang ke kota yang juga ada penerbangan Pelita Air.

Sejauh ini, harapan tersebut belum terwujud. Hal ini mungkin saja karena selama 52 tahun, Pelita Air hanya fokus mengurusi penyewaan pesawat yang tidak perlu atraktif dalam melakukan promosi, sebab sudah memiliki pelanggan yang jelas dan riil. Kadang promosi dan publikasi sering terabaikan.

Ketiga, selama ini Pertamina dan semua anak usahanya memiliki sejumlah aktivitas pemberdayaan masyarakat melalui program tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsilibity/CSR). Misalnya, pendampingan desa wisata, usaha kuliner serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Pelita Air dapat melakukan kolaborasi dan menjembatani kepentingan itu. Maskapai ini dapat mempromosikan desa wisata dan memasarkan produk UMKM.

Pilihan lain, yakni Pelita Air melakukan sinergi dan kerjasama dengan biro perjalanan memasarkan paket wisata. Salah satu, yakni mengajak wisatawan mengunjungi desa wisata, menikmati kuliner dan membeli produk UMKM hasil binaan kelompok usaha Pertamina.

Melihat peluang-peluang yang ada, maka transformasi Pelita Air saat ini merupakan pilihan tepat. Perannya tidak semata-mata memperkuat penerbangan niaga berjadwal nasional, tetapi lebih dari itu dapat mendongkrak ekonomi masyarakat melalui pariwisata.

Itu sebabnya, semua pihak yang terlibat dalam transformasi bisnis Pelita perlu lebih atraktif dan responsif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Fokus Starlink, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya di Indonesia

Fokus Starlink, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya di Indonesia

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi Jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi Jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com