Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Aksi "Profit Taking" di Awal Tahun, Wall Street Merah

Kompas.com - 04/01/2024, 07:36 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


NEW YORK, KOMPAS.com - Bursa saham AS atau Wall Street berakhir di zona merah pada akhir perdagangan Rabu (3/12/2024) waktu setempat. Beberapa saham yang sempat melonjak tinggi banyak dijual oleh investor untuk mendapatkan keuntungan.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok hampir 300 poin pada hari Rabu, dan Nasdaq berakhir lebih rendah untuk hari kedua berturut-turut di tahun 2024. Nasdaq jatuh untuk sesi kedua pada hari Rabu dan merupakan kinerja harian terburuk dalam hampir tiga bulan. Indeks yang ramai akan saham teknologi itu kehilangan 1,18 persen dan ditutup pada level 14.592,21.

Sementara itu, S&P 500 tergelincir 0,8 persen dan berakhir pada level 4.704,81. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 284.85 poin, atau 0,76 persen, dan berakhir pada level 37.430,19.

Nasdaq mengalami hari terburuknya sejak Oktober, terseret oleh saham-saham teknologi besar yang mengalami penurunan. Saham Apple yang turun hampir 4 persen pada hari Selasa setelah Barclays menurunkan peringkat pembuat iPhone, kembali merosot 0,8 persen lagi pada hari Rabu.

Pendukung teknologi lainnya seperti saham Nvidia turun 1,2 persen, Tesla 4 persen, dan Meta 0,53 persen. Kemunduran juga terjadi pada imbal hasil Treasurym AS tenor 10 tahun yang sempat naik 4 persen pada Selasa, dan pada Rabu diperdagangkan pada level 3,91 persen.

Baca juga: Menanti Arah Kebijakan The Fed, Bursa Saham AS Berakhir Hijau

Manajer portofolio senior di Neuberger Berman Steve Eisman mengatakan, investor tampaknya menjual produk-produk teknologi unggulan tahun lalu, yang melonjak seiring antisipasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter pada tahun 2024.

Namun dengan ketidakpastian kapan Federal Reserve pada akhirnya akan mulai menurunkan suku bunga, investor tampaknya telah menahan antusiasme mereka. Di sisi lain, dia menilai pengaturan jangka panjang akan positif dalam jangka waktu enam hingga dua belas bulan.

“Dalam jangka panjang, saya masih optimis kondisi akan sangat bullish,” kata Eisman, dikutip dari CNBC.

“Koreksi jangka pendek bukanlah hal yang luar biasa di pasar yang baru saja keluar dari titik tertinggi baru dan memasuki musim pemilu,” tambahnya.

Baca juga: Saham-saham Teknologi Jadi Pemberat, Wall Street Ditutup Merah

Rata-rata indeks utama juga berada di bawah tekanan pada Rabu sore setelah rilis risalah pertemuan terbaru The Fed, yang menunjukkan bahwa bank sentral masih belum siap untuk menurunkan suku bunga.

“Para peserta secara umum menekankan pentingnya mempertahankan pendekatan yang hati-hati dan bergantung pada data dalam pengambilan keputusan kebijakan moneter,” mengutip notulen rapat itu.

“Kebijakan akan tetap berada pada posisi yang membatasi untuk beberapa waktu sampai inflasi jelas bergerak turun secara berkelanjutan menuju tujuan Komite,” demikian isi notulen tersebut.

Baca juga: Ada Reli Sinterklas, Wall Street Bullish Jelang Tutup Tahun 2023


Para pejabat mengindikasikan bahwa mereka memperkirakan akan ada pemotongan mencapai tiga perempat poin persentase pada tahun ini, meskipun masih terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi mengenai kapan pemotongan tersebut kemungkinan besar akan dilakukan.

Pasar mengalami tahun yang luar biasa dimana semua indeks rata-rata utama bangkit dari keterpurukan yang terjadi tahun 2022. S&P 500 melonjak lebih dari 24 persen dan menutup kenaikan mingguan terpanjang sejak tahun 2004, sementara Nasdaq melonjak 43 persen yang merupakan tahun terbaiknya sejak itu. 2020.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Whats New
OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin 'Student Loan' Khusus Mahasiswa S-1

OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin "Student Loan" Khusus Mahasiswa S-1

Whats New
Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Whats New
Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Whats New
Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Whats New
Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com