Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Urusi Proyek Tanggul Laut, Ada Kaitannya dengan Pertahanan?

Kompas.com - 12/01/2024, 09:48 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

Giant Sea Wall Pantura mendesak

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), estimasi total kebutuhan anggaran pembangunan Giant Sea Wall dan pengembangan kawasan serta penyediaan air baku dan sanitasi fase awal sebesar Rp 164,1 triliun.

Pembangunan tanggul raksasa rencananya direalisasikan dengan skema pendanaan melalui mekanisme Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Baca juga: Gibran Curhat, Banyak Orang Nyinyir Program Makan Siang Gratis Rp 400 Triliun

Adapun proyek ini akan dikerjakan sampai 2040. Apabila laju penurunan tanah atau land subsidence tetap terjadi setelah 2040, maka konsep Tanggul Laut Terbuka akan dimodifikasi menjadi Tanggul Laut Tertutup.

Prabowo memperkirakan secara total proyek pembangunan Giant Sea Wall akan membutuhkan biaya hingga 60 miliar dollar AS atau Rp 930 triliun (kurs Rp 15.500).

"Untuk fase pertama saja itu Rp 164 triliun, mungkin semuanya nanti yang saya dengar semuanya itu akan memakan 50 miliar hingga 60 miliar dollar AS, mungkin lebih," ucapnya.

Meskipun membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar, kata Prabowo, pembangunan Giant Sea Wall di Indonesia ini dibutuhkan untuk mengeluarkan masyarakat pesisir Pantura agar dapat hidup dengan kualitas hidup yang layak.

Baca juga: Lahan Dipakai untuk Tiang Listrik PLN, Bisakah Minta Ganti Rugi?

"Nanti selalu akan ada yang mengatakan apakah bisa? Ini masalahnya bukan apakah bisa atau tidak bisa, ini harus, kalau tidak, Pantai Utara tenggelam," kata dia.

Sebab, perubahan iklim yang menyebabkan permukaan air laut naik dan abrasi menyebabkan banyak lahan pemukiman yang hilang terendam air. Meski begitu, tidak sedikit masyarakat yang tetap hidup di lahan-lahan yang terendam air tersebut.

"Anak-anak mereka hidup di tengah air seperti itu di tengah lalat, nyamuk, dan sampah," ungkapnya.

(Penulis: Yohana Artha Uly, Isna Rifka Sri Rahayu, Rully R Ramli | Editor: Aprillia Ika, Yoga Sukmana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com