Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Prabowo Terlibat Pembahasan Proyek "Giant Sea Wall"...

Kompas.com - 11/01/2024, 19:43 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah kembali menggulirkan wacana pembangunan Tanggul Laut Raksasa atau Giant Sea Wall di sepanjang pesisir pantai utara (pantura) Jawa.

Pembahasan tersebut diangkat dalam "Seminar Nasional Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa, Melalui Pembangunan Tanggul Pantai dan Laut" yang dilaksanakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Rabu (10/1/2024).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, acara tersebut hanya dipersiapkan selama 3 hari atas permintaan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Baca juga: Peran Baru Menhan Prabowo: Bangun Tanggul Laut dan Rumah Murah

"Acara ini diprakarsasi menteri pertahanan dalam waktu tiga hari. Perintahnya tiga hari, syukur bisa kita siapkan," kata Airlangga dalam sambutannya, Rabu.

Dalam sambutannya, Airlangga memaparkan, keberadaan proyek Giant Sea Wall menjadi penting bagi kawasan pantura Jawa. Pasalnya, kawasan tersebut menghadapi ancaman bencana alam dari penurunan permukaan tanah dan kenaikan permukaan air laut.

Berdasarkan data yang ia miliki, penurunan permukaan tanah 1 hingga 25 cm per tahun. Di sisi lain, terdapat ancaman kenaikan permukaan air laut sebesar 1 hingga 15 cm per tahun.

Baca juga: Jika Terpilih, Prabowo-Gibran Mau Genjot Produksi Bioetanol dari Singkong dan Tebu

Berbagai ancaman tersebut dikhawatirkan menjadi pukulan telak bagi perekonomian nasional. Sebab berdasarkan data Japan International Cooperation Agency (JICA), kawasan Pantura Jawa menyumbang sekitar 20,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

"Adanya ancaman land subsidence dan fenomena banjir rob yang terjadi di kawasan Pantura Jawa tidak hanya membahayakan keberlangsungan aktivitas ekonomi dan aset infrastruktur ekonomi nasional," tutur Airlangga.

"Tetapi juga kehidupan jutaan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut," sambungnya.

Baca juga: Prabowo: Giant Sea Wall Butuh Waktu Lebih dari 40 Tahun untuk Dirampungkan

Pengakuan Prabowo

Sementara itu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengakui, dirinya tidak pernah terlibat langsung dalam pembahasan Giant Sea Wall sebelumnya. Pembahasan terkait megaproyek itu dilakukan berlandaskan pengalamannya sebagai seorang Ketua Umum Partai Gerindra.

"Terus terang saja, bukan kapasitas saya sebagai menteri pertahanan, tapi kapasitas saya sebagai pemimpin politik," katanya.

Prabowo bilang, dirinya kerap melakukan kunjungan ke pemukiman warga di pesisir Pantura sebagai bagian dari kampanye yang dilakukan sejak 2014. Dari kunjungan tersebut, ia menemui permasalahan tempat tinggal yang kurang layak akibat naiknya permukaan air laut.

"Anak-anak mereka hidup di tengah lalat, nyamuk, sampah. Ini membuat saya bertanya kepada diri saya, apa yang saya bisa buat untuk segera mengubahnya," tuturnya.

Baca juga: Prabowo Berencana Bangun Rumah Murah Terapung Seharga Rp 150 Juta di Pantura Jawa

Oleh karenanya, Prabowo yang saat ini maju sebagai calon presiden, meminta kepada Universitas Pertahanan untuk terlibat dalam pembahasan Giant Sea Wall. Universitas yang berada di bawah Kementerian Pertahanan itu diminta terlibat langsung dalam pengkajian megaproyek tersebut.

"Kita harus kumpulkan otak-otak terbaik bangsa, segera kita percepat pembangunan Giant Sea Wall untuk selamatkan bangsa Indonesia," ucapnya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Whats New
The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

Whats New
IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com