2022 IHSG +4,09 persen
Yang naik banyak ISSI +15,19 persen dan Sri Kehati +14 persen, LQ45 hanya +0,62 persen dan IDX30 malah -1,8 persen, kenapa lagi?
Pada 2022 bisa dibilang tahun di mana rasionalitas kembali, saham digital “tidak jelas” dengan valuasi tinggi akhirnya berguguran dan saham bluechip kembali naik.
Namun di tengah, justru dikejutkan dengan perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan harga komoditas terbang all time high.
Di ISSI memang ada teknologi dan tidak ada bank, tapi sebagai gantinya komposisi energi seperti batu bara lebih besar.
Di LQ45 dan IDX30 masuk saham teknologi waktu harganya sedang tinggi dan kebagian turunnya saja di 2022.
Sri Kehati naik tinggi meski tidak ada batu bara, karena juga tidak ada sektor teknologi sama sekali.
Jika teknologi out dari IDX30 dan LQ45, maka kinerjanya = Sri Kehati.
Kinerja rd saham 2022 cukup unik karena meski rata-rata negatif, tapi saham bluechip positif.
Pada tahun itu, harga saham bergerak sesuai teori, yang naik fundamental baik dan valuasi murah.
Reksa dana saham yang di atas IHSG, stock picking-nya bagus, mungkin kena cuci piring yang masuk belakangan di sektor teknologi.
2023 IHSG +6,16 persen
Kali ini, semua indeks baik LQ45, IDX30, Sri Kehati, ISSI di bawah, bahkan rata-rata reksa dana saham -5,21 persen, again?
Kondisi tahun 2023 mirip dengan 2021, khususnya tiga bulan terakhir. Dari Januari – September masih sesuai teori, fundamental baik dan harga murah.
Namun sejak kalimat “higher for longer” di September 2023 menjadi game changer karena teori menjadi tidak berlaku net buy jadi net sell tidak hanya di saham, tapi juga obligasi, kenaikan harga saham selama 9 bulan, hilang dan bahkan negatif dalam 2 bulan di September – Oktober 23.
Di November – Desember market kembali pulih bahkan cepat, tapi terkonsentrasi pada saham grup Barito (CUAN, TPIA, BRPT, dan BREN).