Kondisi ini mirip dengan demam digital 2021 lalu. Bedanya kalau tech masuk indeks via Fast Entry, BRPT (LQ45–IDX30) dan TPIA (LQ45) sudah dari dulu.
Akibatnya yang pulih di dua bulan terakhir kebanyakan reksa dana indeks yang mengacu ke LQ45 dan IDX30.
Sementara reksa dana aktif yang karena pertimbangan valuasi terlalu mahal sehingga alokasi di grup Barito kecil/tidak ada masih belum kembali ke all time high-nya.
Kembali ke pertanyaan awal, bagaimana dengan 2024? Apakah bisa menjadi tahunnya saham? Jika bisa, apakah kinerja reksa dana saham akan tertinggal seperti tiga tahun belakangan ini?
Dengan IHSG bisa ke level wajar 8100, pada 2024 juga bisa menjadi tahun yang positif bagi reksa dana saham. Aspek pendukungnya:
Namun memang tidak ada tema “kuat” seperti harga komoditas tinggi di 2022 dan digital di 2021.
Sehingga kenaikannya akan terjadi di semua sektor dan emiten yang mampu memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi.
Jika kondisinya demikian, biasanya yang diuntungkan adalah sektor saham perbankan dan bluechip secara umum, namun faktor valuasi murah juga terkadang menentukan.
Apakah mungkin akan ada konsentrasi di sektor tertentu seperti yang sudah terjadi?
Bisa saja, tapi biasanya siklusi seperti ini tidak panjang dan ketika sudah masuk dalam indeks saham yang likuid seperti IDX30 dan LQ45 atau indeks internasional seperti MSCI, akan berhenti.
Mudah-mudahan era penurunan suku bunga di 2024 tidak hanya menjadi tahunnya Obligasi, tapi juga tahunnya Saham.
Memang volatilitas akan selalu ada, untuk itu diperlukan diversifikasi dan strategi investasi secara berkala. Semoga bermanfaat.
Artikel bukan rekomendasi Buy, Sell, dan Hold. Investasi mengandung risiko penurunan harga
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.