Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biang Kerok Indonesia Sangat Bergantung Susu Impor

Kompas.com - 24/01/2024, 10:45 WIB
Muhammad Idris

Penulis

"Silakan saja kalau impor susu dalam bentuk cair (susu segar), kita senang (peternak sapi perah lokal bersaing) bersaing secara fair. Tapi masalahnya impor dalam bentuk skim (susu bubuk). Ini problem sejak dulu karena susu skim sangat murah," kata Agus yang juga Ketua Koperasi Susu Andini Luhur Kabupaten Semarang ini.

"Tidak ada proteksi sama sekali, peternak rakyat dibiarkan di pasar yang sangat liberal ini. Brutal sekali persaingannya," tambah dia.

Baca juga: Kondisi APBN bila Prabowo Beri Makan dan Susu Gratis

Padahal susu skim secara kualitas jauh di bawah susu sapi segar karena sudah melalui berbagai macam proses pemanasan (ultra proses).

Banjir susu impor tentunya berimbas pada harga jual susu dari sapi perah lokal. Banyak peternak sebenarnya merugi memelihara sapi perah. Jika itu bukan karena pekerjaan sampingan, sudah pasti memelihara sapi perah akan ditinggalkan peternak.

Ia bercerita, harga susu sapi segar dari peternak rakyat saat ini hanya di kisaran Rp 7.000 per liter, di mana harga yang ideal sebenarnya adalah setidaknya Rp 9.000 per liter.

"Peternak sapi perah rata-rata sudah tua, kalau menguntungkan, tidak perlu disuruh-suruh, pasti banyak anak muda yang mau terjun ke usaha sapi perah. Kalau ini tidak dibenahi, 25 tahun lagi, sudah habis itu peternak sapi rakyat," ucap dia.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mencatat, populasi nasional sapi perah 2020 berjumlah 584.582 ekor, sementara pada 2022, menurut data BPS, mencapai 592.897 ekor. Jumlah ini relatif stagnan dari tahun ke tahun.

Baca juga: Janji Prabowo-Gibran: Makan Siang dan Susu Gratis di Sekolah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com