Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
SOROT E-COMMERCE

Dinamika E-Commerce: Tantangan dan Transformasi Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan

Kompas.com - 26/01/2024, 18:29 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Berbagai perusahaan e-commerce atau lokapasar belakangan ini tengah menghadapi “badai restrukturisasi” yang signifikan.

Kabar-kabar mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) dan perubahan di berbagai tingkatan perusahaan tersebar luas di media massa menyoroti dinamika perubahan dalam sektor ini.

Awal tahun ini, Lazada, bagian dari perusahaan raksasa Alibaba, dikabarkan melakukan PHK yang melibatkan ratusan karyawan di berbagai level untuk wilayah Asia Tenggara.

Langkah ini menciptakan getaran dalam industri e-commerce, menunjukkan bahwa perusahaan besar pun tidak terlepas dari tekanan restrukturisasi.

Lazada tidak sendirian, perusahaan e-commerce lainnya seperti Shopee Indonesia, GoTo, dan Bukalapak juga menghadapi situasi serupa.

Shopee Indonesia, misalnya, pada tahun 2022 dan 2023 melakukan serangkaian PHK yang bahkan melibatkan ribuan karyawan. Pada 2022, dari sekitar 6.000 karyawan saat itu, Shopee Indonesia harus melakukan PHK untuk 3 persen karyawannya.

Gelombang PHK juga tidak berhenti di situ. Pada awal 2023, Shopee Indonesia kembali merumahkan sekitar 200 karyawannya.

Sementara GoTo mengumumkan PHK pada tahun 2022 dan kembali melakukan pemangkasan karyawan pada tahun 2023. Pada 2022, GoTo resmi mengumumkan PHK kepada 1.300 orang atau sekitar 12 persen dari total karyawan tetap.

Kemudian, pada 2023, GoTo kembali melakukan PHK kepada 600 karyawan di ekosistem bisnisnya.

Bukalapak, perusahaan e-commerce lokal, juga ikut merasakan dampak restrukturisasi dengan melakukan PHK pada tahun 2023.

“Badai restrukturisasi” nyatanya tidak hanya dialami lokapasar Indonesia.

Perusahaan e-commerce asal Amerika Serikat, Bolt, juga terlibat dalam langkah serupa pada tahun yang sama, mengonfirmasi PHK terhadap hampir sepertiga dari total karyawan setelah langkah serupa pada tahun sebelumnya.

Dalam konteks ini, terlihat bahwa restrukturisasi menjadi sebuah tema yang mendominasi di sektor e-commerce. Beberapa perusahaan mengambil langkah-langkah drastis untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan meningkatkan efisiensi operasional mereka.

Dalam atmosfer bisnis yang terus berubah, restrukturisasi bukan sekadar strategi, melainkan sebuah inisiatif strategis yang mendalam. Perubahan dalam struktur bertujuan mencapai ketangkasan yang diperlukan untuk menghadapi dinamika pasar yang berubah dengan cepat.

Baca juga: Nilai Transaksi E-commerce Sepanjang 2023 Turun Jadi Rp 453,75 Triliun

Restrukturisasi menjadi salah satu komitmen untuk merespons cepat dan terus menerus terhadap setiap dinamika pasar.

Dengan mengadopsi gaya berpikir yang progresif dan inovatif, perusahaan tentu berharap bisa memperkuat peran strategisnya dalam ekosistem bisnis global, menjadi agen perubahan yang mampu mengatasi tantangan dan menciptakan peluang baru dalam industri e-commerce yang semakin berkembang.

Lanskap E-Commerce Asia Tenggara: Pertumbuhan Pesat dan Perubahan Signifikan

 

Perkembangan sektor e-commerce, terutama di Asia Tenggara dan Indonesia, telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir.

Lanskap e-commerce di Asia Tenggara khususnya, menunjukkan pertumbuhan yang pesat dan perubahan yang signifikan, menciptakan dinamika persaingan yang semakin intensif.

Sebelumnya, dominasi dua pemain besar, Shopee dan Lazada, menguasai lanskap e-commerce di Asia Tenggara. Namun, kini muncul pemain baru seperti Pinduoduo, Temu, dan TikTok Shop, yang memberikan warna baru dan potensi besar pada sektor ini.

Meskipun relatif baru, keberhasilan dan potensi yang dimiliki oleh pemain baru ini menambah sengitnya persaingan sektor e-commerce.

Situasi serupa terjadi di Indonesia, di mana persaingan di sektor e-commerce juga kian kompetitif. Selain kehadiran Shopee dan Lazada, pemain lokal seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Blibli turut meramaikan panggung persaingan.

Terlebih lagi, menjelang akhir tahun 2023, perolehan Tokopedia oleh GoTo, dan akuisisi oleh TikTok, membawa TikTok Shop beroperasi di Indonesia, menambah kompleksitas dalam gelanggang persaingan.

Dengan adanya perubahan dinamika seperti ini, sektor e-commerce tidak hanya menghadapi perkembangan pesat tetapi juga transformasi yang berdampak pada struktur dan strategi bisnis.

Menggairahkan Kinerja Bisnis, Strategi Restrukturisasi E-Commerce Menjadi Lebih Agile di Panggung Global

Dampak langsung pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan tidak dapat diabaikan, namun kenyataannya, sektor e-commerce menghadapi dinamika yang tak terhindarkan.

Dalam persaingan ketat di sektor ini, para pelaku bisnis perlu beradaptasi dengan merumuskan strategi dan arah yang mendukung pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan.

Melansir dari Channelnewsasia.com pada Kamis (4/1/2024), perwakilan Lazada Singapura menjelaskan bahwa keputusan restrukturisasi diambil sebagai langkah proaktif untuk menyesuaikan tenaga kerja, menciptakan kinerja perusahaan yang lebih lincah dan efisien.

Langkah ini terutama diambil untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dan menjamin masa depan yang berkelanjutan baik bagi bisnis maupun karyawan.

Hal serupa terjadi pada Shopee, di mana restrukturisasi menjadi langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi dan menyesuaikan diri dengan perubahan kebijakan bisnis serta kondisi ekonomi global yang dinamis.

GoTo, yang juga melakukan restrukturisasi, menyatakan bahwa langkah ini merupakan bagian integral dari pembaruan strategi demi keberlanjutan perusahaan.

Pengkonsolidasian bisnis dan tim dalam ekosistem menjadi salah satu langkah yang diambil untuk membuat organisasi lebih ramping dan responsif terhadap permintaan pasar.

Berbagai langkah yang ditempuh sektor e-commerce saat ini, termasuk strategi restrukturisasi, menunjukkan upaya proaktif untuk mengoptimalkan operasional bisnis, meningkatkan efisiensi, dan memosisikan perusahaan agar dapat tumbuh secara berkelanjutan di tengah persaingan yang semakin ketat.

Baca juga: 3 Jurusan Kuliah untuk Bekerja di Perusahaan E-commerce

Pentingnya beradaptasi dan terus menerus melakukan inovasi menjadi kunci untuk tetap relevan dan tangkas dalam menjawab perubahan serta tantangan di industri e-commerce ke depan.

Adaptasi dan inovasi menjadi kunci untuk bertahan di tengah kompetisi global yang kian sengit ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com