Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Inflasi Terkendali dan Aktivitas Manufaktur Ekspansif, Perekonomian Indonesia Tetap Solid

Kompas.com - 02/02/2024, 20:57 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian menyatakan, realisasi inflasi Indonesia pada Januari 2024 terjaga stabil dan terkendali pada rentang target sasaran 2,5 persen dengan toleransi sekitar kurang lebih 1 persen.

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2024 mencapai 2,57 persen year on year (YoY), atau mengalami penurunan dari capaian pada Desember 2023 yang sebesar 2,61 persen YoY.

Realisasi inflasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian inflasi pada Januari 2023 yang sebesar 5,28 persen YoY.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyatakan rasa syukur atas pencapaian inflasi yang terkendali pada Januari 2024.

Baca juga: Kendalikan Inflasi, Pj Bupati Tangerang Tanam Cabai bersama Masyarakat

“Di tengah ketidakpastian yang masih tinggi, salah satunya gangguan cuaca dari El Nino yang masih berlangsung, kami mampu mengendalikan inflasi dalam kisaran sasaran target,” ujarnya dalam dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman ekon.go.id, Jumat (2/2/2024).

Menurut Airlangga, pencapaian inflasi yang tetap terjaga stabil di dalam kisaran target menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih dalam kondisi baik.

Secara bulanan, inflasi pada Januari 2024 dipengaruhi oleh pergerakan komponen harga bergejolak dan inti.

Komponen harga pangan bergejolak atau volatile food (VF) mengalami peningkatan sebesar 0,01 persen month to month (MtM) atau 7,22 persen YoY.

Baca juga: Ombudsman Bakal Panggil Dirjen Hortikultura Kementan, Imbas Malaadministrasi RIPH Bawang Putih

Faktor curah hujan tinggi, terutama di daerah sentra hortikultura, menyebabkan gagal panen dan mendorong kenaikan harga tomat dan bawang merah.

Selain itu, harga beras terus mengalami kenaikan karena pasokan yang terbatas akibat belum masuknya musim panen.

Meskipun demikian, inflasi pada komponen VF ditekan oleh penurunan harga aneka cabai.

Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,20 persen MtM atau 1,68 persen YoY. Meskipun trennya cenderung landai, inflasi inti tetap terjaga pada tingkat tahunan.

Baca juga: [TREN EKONOMI KOMPASIANA] Menata Ulang Kerja Hybrid | Harga Teman, Komponen Harga yang Masih Misteri

Sementara itu, komponen harga yang diatur oleh pemerintah atau administered prices (AP) mengalami deflasi sebesar 0,48 persen MtM atau inflasi sebesar 1,74 persen YoY.

Deflasi pada komponen AP terutama disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara dan harga bensin setelah berakhirnya masa Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru) dan libur sekolah.

Kedua hal tersebut menyebabkan penurunan permintaan terhadap jasa transportasi udara dan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi per 1 Januari 2024.

Langkah strategis jaga inflasi tetap stabil

Pemerintah sendiri pada Senin (29/1/2024), telah melaksanakan High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Pusat tingkat menteri.

Dalam pertemuan tersebut, disepakati sejumlah langkah strategis yang bertujuan untuk menjaga inflasi agar tetap stabil dan terkendali pada  2024.

Baca juga: Ditopang Konsumsi, Perekonomian RI Diprediksi Tumbuh 5 Persen pada 2024

Beberapa langkah strategis yang dimaksud, antara lain melaksanakan kebijakan moneter dan fiskal yang konsisten dengan tujuan mendukung pengendalian inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, dilakukan upaya mengendalikan inflasi kelompok VF agar tetap terkendali di bawah 5 persen, dengan fokus pada komoditas beras, aneka cabai, dan aneka bawang.

Langkah-langkah tersebut juga mencakup menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan. Hal ini sebagai upaya mitigasi terhadap risiko jangka pendek, termasuk antisipasi terhadap pergeseran musim panen dan peningkatan permintaan menjelang HBKN.

“Di tengah berbagai tantangan yang masih kami dihadapi saat ini, komitmen dan sinergi bersama seluruh pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah (pemda), dan Bank Indonesia (BI) melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP)-Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus diperkuat guna menjaga inflasi terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 persen dengan toleransi sekitar kurang lebih 1 persen,” imbuh Airlangga.

Baca juga: Ditopang Konsumsi, Perekonomian RI Diprediksi Tumbuh 5 Persen pada 2024

Optimisme terhadap prospek perekonomian ke depan tercermin dari aktivitas sektor manufaktur Indonesia yang terus menggeliat.

Hal tersebut dibuktikan dari data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang dirilis oleh S&P Global pada 1 Februari 2024 menunjukkan bahwa output sektor manufaktur Indonesia pada Januari 2024 terus mengalami ekspansi selama 29 bulan berturut-turut, mencapai level 52,9.

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan angka Desember 2023 yang berada pada level 52,2.

Angka PMI Manufaktur Indonesia pada periode tersebut menjadi yang tertinggi di kawasan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), mengungguli Filipina (50,9), Malaysia (49,0), Thailand (46,7), dan Myanmar (44,3).

Baca juga: 3 Tahun Kudeta Myanmar, Dapatkah Gencatan Senjata Tercapai?

"Kinerja sektor manufaktur yang terus mengalami ekspansi perlu diapresiasi. Pemerintah juga akan terus bekerja keras menciptakan iklim usaha yang kondusif agar performa positif ini dapat terus ditingkatkan. Inflasi yang terkendali dan PMI yang terus ekspansif diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ucap Airlangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com