Pada Januari 2024, sebut Dradjad, angka FARPI adalah 142,8. Sebelumnya, pada Januari 2023, angkanya 126,4.
"Artinya, harga beras dunia secara rerata naik 13 persen selama Januari 2023-Januari 2024," ungkap Dradjad.
Baca juga: Dibanding Tahun Lalu, Nilai Impor Beras Januari 2024 Melonjak 135 Persen
Menurut Dradjad, FARPI Januari 2024 itu bahkan tertinggi sejak tahun 2008.
Tak berhenti di situ, Dradjad menyodorkan pula proyeksi Bank Dunia soal harga beras. Selama 2024 harga beras dunia diperkirakan akan naik 6 persen menurut lembaga ini. Kenaikan tersebut diyakini berlanjut hingga awal 2025.
Bila data sudah bicara, pertanyaan berikutnya adalah apa yang sebenarnya menjadi penyebab kenaikan harga beras pada saat ini?
Menurut Dradjad, sebab pertama adalah pemberlakuan larangan ekspor beras varietas non-basmati oleh India sejak 21 Juli 2023.
Larangan ini masih ditambah dengan restriksi ekspor lain yaitu penerapan harga dasar ekspor 950 dollar AS per metrik ton (MT) terhadap beras basmati dan 20 persen tarif terhadap ekspor beras setengah matang.
Baca juga: Beras Mahal dan Residu Politik Pilpres 2024
India adalah eksportir beras terbesar dunia, menguasai lebih dari 40 persen pasar. India menyalip Thailand sebagai eksportir terbesar mulai 2011.
Restriksi ekspor India membuat 9 juta MT beras menghilang dari pasar global sehingga harga melonjak.
Sebab kedua, lanjut Dradjad, adalah El Nino yang membuat produksi beras di berbagai negara anjlok.
S&P memperkirakan produksi beras India turun dari 135,5 juta MT pada 2023 menjadi 128 juta MT pada 2024. Pemerintah Thailand juga memroyeksikan penurunan produksi 6 persen selama 2023-2024.
"Dengan demikian wajar jika harga beras di Indonesia juga ikut melonjak," kata Dradjad.
Bagaimana pun, lanjut dia, harga di dalam negeri mau tidak mau mengikuti harga di pasar global juga. Terlebih lagi, ada porsi impor untuk pasokan di dalam negeri, sekalipun tidak dominan.
Dradjad menjelaskan, data impor beras pun sejatinya terlihat tidak dominan ketika dilihat secara tahunan. Namun, kata dia, bisa jadi pada bulan tertentu ketika pasokan dari dalam negeri tidak banyak maka porsi beras impor menjadi dominan di pasar.
Untuk mengurangi dampak buruk bagi rakyat tersebab kenaikan harga beras, Dradjad berpendapat pemerintah perlu segera menggelontor pasar dengan cadangan beras Bulog.