Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Optimalkan Potensi Tembakau Alternatif

Kompas.com - 03/03/2024, 12:32 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar kesehatan Tikki Pangestu meminta Pemerintah mengoptimalkan potensi tembakau alternatif untuk menekan angka prevalensi perokok di Indonesia yang mencapai 69,1 juta jiwa sekaligus memitigasi epidemi merokok.

Menurut dia, tembakau alternatif merupakan salah satu solusi paling efektif untuk membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok.

"Produk tembakau alternatif bahkan lebih efektif daripada nicotine replacement therapy (NRT) dalam membantu perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaan mereka," kata Tikki yang merupakan mantan Direktur Kebijakan Penelitian & Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia tersebut dalam keterangan di Jakarta.

Baca juga: Peneliti IPB: Tembakau Alternatif Jadi Pilihan Kurangi Merokok

Ilustrasi produk tembakau alternatif. SHUTTERSTOCK/GRUNGEELFZ Ilustrasi produk tembakau alternatif.

Tikki berharap pemerintah terus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya merokok dan membantu perokok dewasa berhenti dari kebiasaan mereka.

Ia mengatakan bahwa edukasi itu tentunya dengan tetap memberikan kebebasan bagi perokok dewasa memilih pendekatan yang paling sesuai.

Komitmen kuat dari semua pihak, terutama Pemerintah, menjadi salah satu kunci mendukung keberhasilan menekan prevalensi perokok.

"Hal ini membutuhkan kemauan dan komitmen politik, sumber daya, dukungan dari para pemangku kepentingan dan kebijakan yang rasional untuk memberikan sarana dan prasarana yang adil dalam menjangkau berbagai metode yang ada bagi mereka yang ingin berhenti dari kebiasaan merokok," kata Tikki.

Baca juga: Asosiasi: Produk Tembakau Alternatif untuk Tekan Prevalensi Merokok

Berbagai hasil penelitian yang tertuang dalam kajian ilmiah menyebutkan produk tembakau alternatif menerapkan konsep pengurangan bahaya tembakau sehingga mampu mengurangi risiko kesehatan akibat merokok.

Sejumlah negara, salah satunya Pakistan, berpotensi menurunkan prevalensi merokok selama empat dekade mendatang dengan menerapkan strategi pengurangan bahaya tembakau.

Selain itu, kesuksesan Swedia dalam menurunkan prevalensi merokok menjadi bukti efektifnya pendekatan pengurangan bahaya yang memaksimalkan tembakau alternatif.

Selama 15 tahun terakhir, Swedia telah mencapai penurunan angka perokok yang luar biasa turun dari 15 persen pada tahun 2008 menjadi 5,6 persen pada tahun 2022.

Baca juga: Asosiasi Sebut Produk Tembakau Alternatif Bisa Turunkan Prevalensi Merokok

Menurut dia, pendekatan pengurangan bahaya tembakau dengan tembakau alternatif merupakan kebutuhan yang mendesak.

Dukungan pemerintah dan otoritas kesehatan, komitmen seluruh pemangku kepentingan, serta penerapan strategi pengurangan bahaya tembakau merupakan langkah penting dalam mengurangi risiko yang diakibatkan merokok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kapan Dividen Dibagikan? Ini Penjelasan Lengkapnya

Kapan Dividen Dibagikan? Ini Penjelasan Lengkapnya

Earn Smart
Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Bidik Omzet Rp 1,2 Triliun

Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Bidik Omzet Rp 1,2 Triliun

Whats New
SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

Whats New
PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

Work Smart
Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Whats New
Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Whats New
Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com