JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menyampaikan, 80 persen pembelian kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) saat ini masih didominasi pembelian tunai.
Ketua APPI Suwandi Wiratno menyebut, hal ini karena pembeli kendaraan listrik saat ini masih merupakan orang kelas atas.
"Pembeli EV hari ini paling tidak orang yang cukup dananya dan kedua dia mau first experience, maka pembeli EV hari ini masih 80 persen orang beli tunai," kata dalam konferensi pers Peluncuran Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perusahaan Pembiayaan, Selasa (5/3/2024).
Baca juga: Berlaku Hingga Akhir 2025, Impor Kendaraan Listrik Bebas Bea Masuk
Belum lagi kendaraan listrik saat ini memang masih memiliki harga yang tinggi atau berada di atas Rp 600 juta.
"Kendaraan yang kami biayai rata-rata sekitar Rp 200 juta, atau dikenal dengan LCGC," imbuh dia.
Ke depan, Suwandi berharap dengan semakin derasnya merek yang menggarap kendaraan listrik, dapat memunculkan kendaraan listrik yang harganya terjangkau.
Baca juga: Terapkan Bisnis Ramah Lingkungan, Distribusi Farmasi Argon Group Pakai Kendaraan Listrik
Di sisi lain, pembangunan infrastruktur kendaraan listrik seperti pengadaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) juga tetap perlu digencarkan.
"Dan pastinya kita menuju ke sana, kita bicara sustainable financing tidak hanya di Indonesia tetapi ada di seluruh dunia," tandas dia.
Sebagai informasi, pemerintah secara resmi telah memberlakukan 10 program khusus untuk percepatan kendaraan listrik berbasis baterai (KLBB) di Indonesia.
Direktur Industri Maritim Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kemenperin Hendro Martono menjelaskan, adanya program insentif ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi konsumen dan produsen.
Baca juga: Penyaluran Kredit Kendaraan Listrik BCA Finance Masih di Bawah 5 Persen
Untuk konsumen, keberadaan program bantuan seperti pemberian subsidi atau pemotongan pajak diyakini bisa meningkatkan daya beli dan menambah minat.
Sedangkan untuk produsen, keberadaan program-program bantuan ini diharapkan mampu menjadi stimulus. Tidak hanya dalam pemasaran dan penjualan, tapi juga membuka peluang investasi baru.
“Program-program stimulus lewat pemberian insentif ini bisa membuka iklim investasi baru, jadi membuka pintu pula untuk produsen-produsen manufaktur,” ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.