Menurut Nailul, bansos memang bagus untuk masyarakat kelas bawah. Namun demikian, masyarakat kelas rantan miskin yang tidak mendapat bansos menjadi puna tantangan baru.
"Karena yang rentan miskin ini tidak mendapat beras bansos, tetapi harus membeli harga beras yang lebih tinggi. Itu yang harus dipikirkan," jelas dia.
Baca juga: Stok Cukup, Peritel: Harga Beras di Toko Modern Bakal Turun Pekan Ini
Sebelumnya, ekonom dari Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad Hari Wibowo mengungkapkan, narasi yang mengatakan harga beras naik karena ada bansos itu salah dan menyesatkan.
Menurut Dradjad, narasi tersebut salah karena bertentangan dengan teori baku ekonomi tentang hukum pasokan dan permintaan yang mempengaruhi harga.
Jika bansos memang menjadi penyebab harga beras naik, artinya bansos menggeser kurva permintaan bergeser ke kanan alias menambah permintaan.
"Faktanya, rakyat penerima bansos selama ini mengonsumsi beras dalam jumlah tertentu saja. Tidak lalu bertambah konsumsinya karena ada bansos," ujar Dradjad.
Baca juga: Produsen Sebut Stok Beras di Penggilingan Masih 50 Persen
Bedanya, Dradjad bilang, beras harus dibeli pakai uang sendiri ketika tidak ada bansos. Sebaliknya, saat ada bansos, uang milik sendiri tidak terpakai untuk membeli beras lagi tetapi bisa dipakai untuk membeli barang atau jasa lain.
"Kuantitas berasnya relatif tidak berubah banyak (dengan ada atau tidak ada bansos)," kata Dradjad.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) membantah dugaan soal kelangkaan stok beras di pasaran ada hubungannya dengan bansos beras pangan untuk masyarakat.