Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenis-jenis Inflasi Ekonomi Menurut Tingkatan, Sifat, dan Asalnya

Kompas.com - 16/03/2024, 13:46 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Ada beberapa Jenis inflasi ekonomi. Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Mengutip laman Bank Indonesia, kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia. BPS melakukan survei untuk mengumpulkan data harga dari berbagai macam barang dan jasa yang dianggap mewakili belanja konsumsi masyarakat.

Data tersebut kemudian digunakan untuk menghitung tingkat inflasi dengan membandingkan harga-harga saat ini dengan periode sebelumnya.

Baca juga: Pengertian Inflasi, Penyebab, Dampak, dan Mengatasinya

Jenis-jenis inflasi

Jenis jenis inflasi terbagi dalam beberapa kategori misalnya dari tingkat keparahan, asal muasalnya, dan berdasarkan sifatnya. Berikut penjelasannya masing-masing:

Jenis inflasi ekonomi berdasar tingkat keparahannya

Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, termasuk:

1. Inflasi ringan

Jenis inflasi ringan terjadi ketika tingkat inflasi relatif rendah, biasanya berkisar antara 2-3 persen setahun. Meskipun ada sedikit peningkatan harga, ini dianggap sebagai tingkat inflasi yang dapat diterima dan bahkan bisa menjadi bagian alami dari pertumbuhan ekonomi.

2. Inflasi moderat

Jenis inflasi moderat terjadi ketika tingkat inflasi sedang, berkisar antara 4-6 persen setahun. Meskipun masih dalam batas yang dapat diterima, inflasi moderat dapat menyebabkan kekhawatiran tentang stabilitas ekonomi dan dapat mempengaruhi daya beli masyarakat serta keuntungan perusahaan.

3. Inflasi tinggi

Inflasi tinggi terjadi ketika tingkat inflasi meningkat secara signifikan, melebihi 6 persen setahun. Ini biasanya menyebabkan tekanan yang kuat pada perekonomian, termasuk penurunan daya beli, ketidakpastian ekonomi, dan potensi dampak negatif lainnya seperti ketidakstabilan sosial.

4. Inflasi hiper

Inflasi hiper adalah tingkat inflasi yang sangat tinggi, seringkali lebih dari 50-100 persen setahun, bahkan bisa mencapai ribuan persen dalam kasus ekstrem. Inflasi hiper dapat menyebabkan kekacauan ekonomi dan sosial, dengan nilai uang yang hancur dengan cepat, dan kehilangan kepercayaan masyarakat terhadap sistem moneter.

Baca juga: Apa Itu Inflasi Hijau: Definisi, Dampak, dan Contoh di Banyak Negara

Setiap jenis inflasi memerlukan pendekatan yang berbeda dalam penanganannya. Inflasi ringan dan moderat mungkin dapat ditangani dengan kebijakan moneter yang tepat, sementara inflasi tinggi dan hiper memerlukan tindakan yang lebih drastis dan mungkin memerlukan reformasi ekonomi yang luas untuk mengembalikan stabilitas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Kamis 30 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Kamis 30 Mei 2024

Spend Smart
Upaya Industri Asuransi Hadapi Kenaikan Biaya Kesehatan yang Mendorong Klaim

Upaya Industri Asuransi Hadapi Kenaikan Biaya Kesehatan yang Mendorong Klaim

Whats New
Apa Kepanjangan Tapera?

Apa Kepanjangan Tapera?

Whats New
IHSG Melemah Lagi Pagi Ini, Rupiah Kini Berada di Level Rp 16.220

IHSG Melemah Lagi Pagi Ini, Rupiah Kini Berada di Level Rp 16.220

Whats New
Semen Baturaja Bakal Tebar Dividen Rp 24,3 Miliar

Semen Baturaja Bakal Tebar Dividen Rp 24,3 Miliar

Whats New
Internet Satelit Elon Musk Starlink Hadir di Indonesia, Operator Telko Sebut Siap Berkompetisi

Internet Satelit Elon Musk Starlink Hadir di Indonesia, Operator Telko Sebut Siap Berkompetisi

Whats New
Harga Bahan Pokok Kamis 30 Mei 2024, Harga Ikan Tongkol dan Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 30 Mei 2024, Harga Ikan Tongkol dan Ikan Kembung Naik

Whats New
IFG Life Catat Pendapatan Premi Rp 453,7 Triliun sampai April 2024

IFG Life Catat Pendapatan Premi Rp 453,7 Triliun sampai April 2024

Whats New
Ketua INSA Terpilih Jadi Presiden Asosiasi Pemilik Kapal Asia

Ketua INSA Terpilih Jadi Presiden Asosiasi Pemilik Kapal Asia

Whats New
Emiten Distribusi Gas Alam CGAS Bakal Tebar Dividen Rp 2,2 Miliar dari Laba 2023

Emiten Distribusi Gas Alam CGAS Bakal Tebar Dividen Rp 2,2 Miliar dari Laba 2023

Whats New
IHSG Bakal Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Emiten Prajogo Pangestu (BREN) Bakal Tebar Dividen Rp 270,68 Miliar

Emiten Prajogo Pangestu (BREN) Bakal Tebar Dividen Rp 270,68 Miliar

Whats New
Alasan Masyarakat Masih Enggan Berinvestasi Kripto, karena Berisiko Tinggi hingga Banyak Isu Negatif

Alasan Masyarakat Masih Enggan Berinvestasi Kripto, karena Berisiko Tinggi hingga Banyak Isu Negatif

Whats New
Proses 'Refund' Tiket Kereta Antarkota Jadi Lebih Cepat mulai 1 Juni

Proses "Refund" Tiket Kereta Antarkota Jadi Lebih Cepat mulai 1 Juni

Whats New
Transaksi Pasar Saham AS ‘Lesu’, Saham-saham di Wall Street Tertekan

Transaksi Pasar Saham AS ‘Lesu’, Saham-saham di Wall Street Tertekan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com