Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OJK: Transaksi di Bursa Karbon Masih Kecil

Kompas.com - 19/03/2024, 20:00 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai transaksi di bursa karbon setelah beroperasi selama hampir 6 bulan masih kecil.

Dewan Komisioner OJK Pengawas Pasar Modal Inarno Djajadi melaporkan, sejak diluncurkan tanggal 26 September 2023 hingga 18 Maret 2024, jumlah pengguna jasa bursa karbon terdaftar sebanyak 52, yang berasal dari sektor energi, kehutunanan, perbankan, sekuritas, hingga media.

Sementara itu, volume transaksi di bursa karbon sebesar 501.956 ton karbon dioksida (CO2) ekuivalen, dengan nilai sebesar Rp 31,36 miliar.

Baca juga: Bursa Karbon, OJK: 71,95 Persen yang Ditawarkan Belum Terjual

"Masih kecil. Dari transaksi tersebut sebesar 182.293 ton itu CO2 ekuivalen telah dilakukan retired melalui bursa karbon, memang saat ini transaksinya masih terbilang kecil," ujar Inarno, dalam diskusi Expanding Indonesia's Carbon Market, di Jakarta, Selasa (19/3/2024).

Inarno menilai, angka transaksi di bursa karbon sebenarnya masih bisa tumbuh dengan lebih pesat, melihat besarnya potensi perdagangan karbon di Tanah Air, baik dari sisi pasokan maupun permintaan.

"Namun tentunya optimisme ini sulit diwujudkan tanpa dukungan dari dukungan berbagai pemangku kepentingan terkait," katanya.

Baca juga: Energi Hijau Makin Dilirik, Pertamina Geothermal Bisa Makin Cuan Lewat Bursa Karbon  

Oleh karenanya, OJK terus melakukan pembahasan dengan kementerian dan lembga terkait untuk menyiapkan berbagai "pemanis" untuk mengantisipasi berbagai tantangan yang dihadapi dari sisi pasokan, permintaan, serta likuiditas di pasar karbon.

Selain itu, Inarno menekankan pentingnya upaya mendorong investor dalam negeri maupun global untuk berinvestasi dalam berbagai proyek pengurangan emisi di dalam negeri, yang nantinya menghasilkan carbon credit perlu terus dilakukan.

"Tentunya berbagai tantangan yang terkait dengan harmonisasi standar global dan juga interoperability antar pasar karbon harus kita antisipasi agar pasar kita menjadi up to date dan selaras dengan praktik secara global," ucapnya.

Baca juga: BEI Ajak Broker Ikut Berpartisipasi di Bursa Karbon

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BI Upayakan Kurs Rupiah Turun ke Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

BI Upayakan Kurs Rupiah Turun ke Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Pasar Lampu LED Indonesia Dikuasai Produk Impor

Pasar Lampu LED Indonesia Dikuasai Produk Impor

Whats New
Produksi Naik 2,2 Persen, SKK Migas Pastikan Pasokan Gas Bumi Domestik Terpenuhi

Produksi Naik 2,2 Persen, SKK Migas Pastikan Pasokan Gas Bumi Domestik Terpenuhi

Whats New
Hasil Temuan Ombudsman atas Laporan Raibnya Dana Nasabah di BTN

Hasil Temuan Ombudsman atas Laporan Raibnya Dana Nasabah di BTN

Whats New
Penumpang LRT Jabodebek Tembus 10 Juta, Tertinggi pada April 2024

Penumpang LRT Jabodebek Tembus 10 Juta, Tertinggi pada April 2024

Whats New
Harga Emas Terbaru 9 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 9 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Sri Mulyani Masuk Bursa Cagub Jakarta, Stafsus: Belum Ada Pembicaraan..

Sri Mulyani Masuk Bursa Cagub Jakarta, Stafsus: Belum Ada Pembicaraan..

Whats New
Detail Harga Emas Antam Kamis 9 Mei 2024, Turun Rp 2.000

Detail Harga Emas Antam Kamis 9 Mei 2024, Turun Rp 2.000

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 9 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Ikan Tongkol

Harga Bahan Pokok Kamis 9 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Ikan Tongkol

Whats New
Chandra Asri Group Akuisisi Kilang Minyak di Singapura

Chandra Asri Group Akuisisi Kilang Minyak di Singapura

Whats New
BTN Tegaskan Tak Sediakan Deposito dengan Suku Bunga 10 Persen Per Bulan

BTN Tegaskan Tak Sediakan Deposito dengan Suku Bunga 10 Persen Per Bulan

Whats New
[POPULER MONEY] TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta | Pengusaha Ritel Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat

[POPULER MONEY] TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta | Pengusaha Ritel Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat

Whats New
Jadwal Operasional BCA Selama Libur dan Cuti Bersama Kenaikan Isa Almasih

Jadwal Operasional BCA Selama Libur dan Cuti Bersama Kenaikan Isa Almasih

Whats New
Duduk Perkara Gagal Bayar TaniFund sampai Pencabutan Izin Usaha

Duduk Perkara Gagal Bayar TaniFund sampai Pencabutan Izin Usaha

Whats New
Hanwha Life Akuisisi 40 Persen Saham Nobu Bank

Hanwha Life Akuisisi 40 Persen Saham Nobu Bank

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com