Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Udin Suchaini
ASN di Badan Pusat Statistik

Praktisi Statistik Bidang Pembangunan Desa

Judi Online dan Alternatif Peningkatan Kesejahteraan Modal Minimal

Kompas.com - 21/04/2024, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Seperti judi kartu remi dengan berbagai jenisnya, judi dadu yang populer, judi sabung ayam yang diadakan di arena khusus dan disaksikan oleh banyak orang. Hingga judi togel dengan memasang taruhan pada angka yang akan keluar dalam undian.

Peluang ini tentu menarik perhatian bandar judi, terlebih 90 persen desa sudah terpapar internet, bahkan sebanyak 61.926 desa/kelurahan sudah ada jaringan 4G/LTE.

Catatan dari Publikasi Statistik Potensi Desa ini diperkuat dengan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang memberi gambaran ada sebanyak 66,48 persen penduduk Indonesia telah mengakses internet di tahun 2022 mengalami peningkatan dari 2021 sebesar 62,10 persen.

Sehingga, jika paling sedikit 3 persen penduduk saja yang mengikhlaskan Rp 10.000 untuk modal, maka uang yang bisa diraup bandar mencapai Rp 50 miliar. Betapa menggiurkan iming-iming modal kecil untuk mendapat keuntungan besar.

Alternatif ekonomi

Bagi bandar judi, mimpi-mimpi kekayaan instan selalu menjadi komoditas. Hal ini dijadikan alternatif ekonomi bagi warga yang memiliki peluang terbatas.

Di beberapa negara, kasus judi bisa dilokalisasi. Namun, di negara berketuhanan seperti Indonesia, menjadi hal tabu untuk melegalkan.

Melokalisasi judi di wilayah tertentu yang diawasi dan dikendalikan oleh pemerintah, juga bukan perkara mudah, karena akan terjadi pertentangan antara norma, budaya, hingga agama.

Meskipun dapat mengurangi dampak negatif perjudian, seperti kriminalitas, perjudian anak, dan gangguan ketertiban umum. Bahkan, ada potensi sumber pendapatan negara yang signifikan, dengan keuntungan penyerapan tenaga kerja.

Sayangnya, jika langkah ini dilakukan tetap saja tidak akan menyelesaikan masalah perjudian. Resistensi masyarakat akan tumbuh karena dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma.

Parahnya, bakal memicu kecanduan yang lebih parah hingga memperparah kriminalitas di lokalisasi perjudian.

Berbagai kerugian finansial bagi individu, keluarga, dan masyarakat, tak terkecuali penduduk miskin. Parahnya, iming-iming judi dari uang kecil yang dianggap tidak terlalu merugikan. Karena, judi online bisa dimulai dari uang receh ribuan.

Bagi negara-negara yang memanfaatkannya untuk peningkatan ekonomi, lokalisasi judi bahkan dijadikan tempat wisata. Sebut saja Singapura dengan kasino kelas dunia, Las Vegas, Makau, hingga Monako.

Bahkan, negara yang melarangnya secara hukum, tetap saja memperbolehkan judi khusus untuk turis. Sebut saja Kamboja, Thailand, hingga Vietnam.

Bagi pemerintah, perlu alternatif pengembangan ekonomi supaya tidak tergiur perjudian yang menjanjikan kesejahteraan dalam waktu singkat.

Bagi penduduk miskin, bantuan sosial perlu dilanggengkan supaya warga miskin tidak mencari peluang dari perjudian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com