Baca juga: IHSG Ambles 1,42 Persen, Rupiah Anjlok ke Level Rp 16.412
Tak hanya, itu, penilaian Morgan Stanley juga berkaitan dengan kualitas perusahaan-perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO), di mana tidak sedikit saham yang setelah listing langsung mengalami penurunan harga signifikan.
“Kita melihat statement Morgan Stanley dalam menurunkan rating saham Indonesia menjadi underweight juga turut memberikan pengaruh ke pelemahan IHSG. Ini juga terkait kualitas IPO, sehingga wajar saja Morgan Stanley memberikan rating underweight untuk saham di Indonesia,” ujar Nafan.
Nafan juga menyoroti berbagai sentimen lain yang mendorong pelemahan IHSG dalam beberapa waktu belakangan ini. Seperti penurunan suku bunga yang hanya dilakukan satu kali tahun ini.
Dia memperkirakan penurunan suku bunga The Fed akan dilakukan pada September atau Desember tahun ini.
Baca juga: Awal Sesi, IHSG dan Rupiah Melemah Masih Lesu
Selain itu, The Fed juga dinilai belum mencapai target inflasi yang ditetapkan yakni 2 persen. Banyak analis memperkirakan penurunan inflasi yang sesuai target itu membutuhkan waktu yang lama, dan bisa terjadi paling cepat pada 2026.
Dari internal, ada beberapa tantangan yang perlu disikapi secara serius oleh pemerintah, misalnya potensi defisit APBN hingga manajeman fiskal. Dia berharap Kementerian Keuangan bisa bisa menjaga agar APBN tetap sehat, dan defisit tidak melebar.
“Terkait beberapa hal seperti economic global slowing down, global financial market uncertainty, terkait potensi defisit APBN, serta menajemen fiskal yang juga diperlukan pemerintah. Kemenkeu (diharapkan) agar bisa menjaga APBN tetap sehat, dan jangan sampai defisit melebar,” ujar Nafan.