Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Maksimalkan Potensi, Petani Olah Cabai Jadi Sambal Berkualitas Ekspor

Kompas.com - 05/03/2019, 12:30 WIB
Mico Desrianto,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Apa yang dilakukan Kelompok Tani (Poktan) Sido Makmur di Desa Pilang Payung, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah patut diapresiasi. Guna mendapatkan nilai tambah, para petani berinovasi dengan mengolah cabai menjadi produk sambal berkualitas ekspor.

Salah satu anggota poktan, Ninik mengaku optimis dengan inovasi yang dilakukan oleh rekan-rekannya. Sebab, produk yang dinamakan sambal Bledek ini semakin hari semakin berkembang dan mudah diterima oleh masyarakat luas.

Terlebih di tengah kondisi harga cabai yang tak menentu, hadirnya sambal Bledek mampu menjadi alternatif masyarakat agar tetap merasakan rasa pedas di mana pun dan kapan pun.

"Sambal kemasan ini juga mudah dibawa dan tahan lama dengan bermacam variasi rasa. Saat ini penjualan sambal Bledek per bulan baru mencapai 1.000-1.300 botol dengan omzet berkisar Rp 21-25 juta," kata Ninik sesuai dengan informasi yang Kompas.com terima, Selasa (5/3/2019).

Mengenai hal itu, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Yasid Taufik, menyambut baik dan mendukung secara penuh karena menjadi solusi dalam mengantisipasi fluktuasi harga.

Baca jugaViral Video Pembuangan Cabai, Ini Cerita Sebenarnya

"Tentu kami harus mendukung teman-teman poktan tersebut karena mengolah cabai menjadi sambal, pasta, dan cabai kering siap konsumsi. Ini merupakan solusi mencegah fluktuasi harga," ucap Yasid.

Kegembiraan Yasid makin tak terbendung saat mengetahui sambal Bledek mampu di ekspor ke berbagai negara, seperti Australia, Malaysia, Taiwan, Hongkong, Jepang, Korea, Vietnam, Saudi Arabia dan Turki.

"Sambal Bledek memang meledak. Bahkan sampai dikirim ke luar negeri. Sambal ini memiliki tiga varian rasa yaitu rasa original, rasa ikan peda dan rasa ikan teri medan," ucap Yasid.

Selain varian rasa, lanjut Yasid, sambal ini memiliki pula konsep kekinian, yakni tiga tingkat kepedasan untuk setiap rasa.

"Masing-masing untuk level 5 yang memiliki tingkat kepedasan paling rendah, level 10 untuk tingkat kepedasan medium dan level 15 untuk tingkat kepedasan paling tinggi," lanjut Yasid.

Sebagai informasi, sambel Bledek olahan poktan di Grobogan tersebut berbahan dasar cabai kering yang dipadukan dengan bawang merah, bawang putih, terasi dan sebagainya," katanya.

Meski sambal Bledek tidak menggunakan bahan pengawet atau kandungan zat lain, hebatnya masyarakat tak perlu khawatir karena kekuatan olahan mampu bertahan sampai enam bulan.

Lebih dari itu, sambal ini pun sudah memiliki kekuatan hukum yang sudah dipatenkan melalui label dan sertifikat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan.

Baca jugaIni Alasan Petani di Sragen Bagi-bagi Cabai

"Kemudian pengolahan ini didukung pula dengan bantuan dari Direktorat Jenderal Hortikultura berupa oven, blender besar, spiner, etalase untuk memajang dagangannya dan penggorengan komplit. Sarana ini diharapkan menunjang proses produksi karena permintaan juga semakin besar," ujar Yasid.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan Edhie Sudaryanto menambahkan, pengolahan cabai di wilayah Grobogan sangat potensial karena didukung oleh pemerintah daerah melalui promosi dan pemasaran.

"Dengan adanya pelaku usaha pengolahan cabai diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing bagi petani pengolah. Selain itu, bantuan alat pengolahan juga diharapkan menjadi stimulan bagi petani untuk lebih menggiatkan pengolahan cabai," pungkasnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com