Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjanjikan, Potensi Pasar Sarung Tangan Kesehatan di Negara Berkembang

Kompas.com - 29/04/2019, 14:17 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa negara berkembang di kawasan Asia termasuk Indonesia mencatat tingkat konsumsi sarung tangan kesehatan per kapita yang relatif rendah. Namun, bukan berarti pasarnya tidak menjanjikan.

Menurut Ridwan Goh, direktur utama PT Mark Dynamics Indonesia Tbk, tingkat konsumsi di Indonesia tercatat hanya 3 sarung tangan per kapita, hanya mengalahkan India yang konsumsinya 1 sarung tangan per kapita.

“Tingkat konsumsi sarung tangan di China masih jauh lebih baik yaitu 4 sarung tangan per kapita. Namun masih kalah dibandingkan dengan Denmark sebagai negara dengan tingkat konsumsi sarung tangan kesehatan terbesar, yaitu 335 sarung tangan per kapita,” kata Ridwan dalam pernyataannya, Senin (29/4/2019).

Baca juga: Produsen Cetakan Sarung Tangan Karet Fokus Bidik Ekspor

Berdasarkan data MARGMA, negara-negara dengan konsumsi sarung tangan rendah per kapita yang memiliki populasi besar dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang tinggi menunjukkan peluang besar untuk pertumbuhan permintaan sarung tangan.

Diperkirakan pertumbuhan konsumsi global akan terus berasal dari peningkatan dari negara-negara berkembang di mana konsumsi per kapita yang ada jauh lebih rendah daripada negara-negara maju.  
 
Menurut Ridwan, peluang pasar menguat di beberapa negara berkembang menyusul larangan penggunaan sarung tangan kesehatan berbasis PVC di China. Hal ini membuat sarung tangan kesehatan berbahan baku karet dan nitrile memperoleh peluang tumbuh yang lebih besar.

“Pasar yang masih tumbuh antara 8 hingga 10 persen per tahun dalam 15 tahun terakhir berpotensi tumbuh semakin besar akibat bergesernya bahan produksi sarung tangan,” sebut Ridwan.

Baca juga: Permintaan Sarung Tangan Industri Tinggi, Laba Mark Dynamics Tumbuh di 2017
 
Sebagai produsen cetakan sarung tangan kesehatan, imbuh Ridwan, informasi pasar ini memberi peluang besar bagi pertumbuhan perseroan. Tren pertumbuhan yang dicapai setidaknya dalam tiga tahun terakhir akan terus berlanjut.

Ridwan mengatakan, meskipun konsumsi dalam negeri masih rendah, tapi peluang menjaga pasokan ke pasar ekspor akan menjaga pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
 
Ridwan menyebut, saat ini perseroan memiliki beberapa pabrik dengan total kapasitas produksi sebesar 610.000 unit per bulan. Tahun lalu perseroan telah melakukan investasi untuk pengembangan kapasitas produksi dan diharapkan akan berkontribusi positif mulai tahun 2019.

“Kami sedang dalam proses meningkatkan kapasitas produksi, dimana akan bernilai positif bagi kinerja kami dan tentunya memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi perseroan,” terang Ridwan.
 
 
 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teten Minta Wajib Sertifikat Halal UMKM Ditunda, Mendag: Kita Harus Latih

Teten Minta Wajib Sertifikat Halal UMKM Ditunda, Mendag: Kita Harus Latih

Whats New
Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Spend Smart
Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com