Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neraca Perdagangan April Defisit, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 23/05/2019, 18:14 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Neraca ekspor dan impor bulan April 2019 menunjukkan defisit yang cukup tinggi sebesar 2,5 miliar dollar AS. Padahal, di bulan sebelumnya, neraca perdagangan mengalami surplus sebesar 0,7 miliar dollar AS. Data menunjukkan bahwa pada bulan ini permintaan ekspor merosot.

Defisit neraca perdagangan bulan April 2019 disebabkan melemahnya ekspor akibat penurunan permintaan global,” ujar Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Kasan, dalam keterangan tertulis, Kamis (23/5/2019).

Kasan menambahkan, defisit bulan April juga disebabkan meningkatnya defisit neraca perdagangan migas dari 0,4 miliar dollar AS pada bulan lalu menjadi 1,5 miliar dollar AS pada April 2019. Sementara itu, neraca perdagangan nonmigas juga menurun, dari surplus 1,1 miliar dollar AS menjadi 1 miliar dollar AS.

Kasan mengatakan, negara-negara mitra dagang seperti Amerika Serikat, India, Filipina, Belanda, dan Malaysia menyumbang surplus perdagangan nonmigas terbesar selama April 2019, yang totalnya sebesar 2 miliar dollar AS.

Baca juga: Pemerintah Targetkan Defisit APBN 2020 Terjaga di 1,52-1,75 Persen

"Sementara itu, RRT, Thailand, Jepang, Australia, dan Korea Selatan menyumbang defisit perdagangan nonmigas terbesar yang secara total mencapai 3 miliar,” kata Kasan.

Sementara itu, secara kumulatif, neraca perdagangan periode Januari-April 2019 masih mengalami defisit 2,6 miliar dollar AS. Hal ini disebabkan besarnya defisit neraca perdagangan migas yang mencapai 2,8 miliar dollar, sedangkan neraca perdagangan nonmigas hanya menyumbang surplus 0,2 miliar dollar.

Diketahui, kinerja ekspor April 2019 tercatat 12,6 miliar dollar AS atau turun 13,1 persen dibandingkan periode yang sama taun lalu. Pelemahan ekspor tersebut disebabkan penurunan ekspor migas sebesar 37,1 persen dan penurunan ekspor nonmigas sebesar 11,0 persen.

“Secara kumulatif, ekspor Januari-April 2019 sebesar 53,2 miliar dollar AS, menurun sebesar 9,4 persen dibanding Januari-April 2018,” kata Kasan.

Kasan menambahkan, ekspor pada April 2019 mengalami pelemahan pada semua sektor, yakni pertanian, industri, pertambangan, dan migas. Keempat sektor tersebut tahun lalu mengalami peningkatan, tapi tahun ini merosot cukup signifikan.

Di samping itu, penurunan ekspor nonmigas selama Januari-April 2019 juga dipicu melemahnya ekspor ke pasar sepuluh besar, kecuali Filipina dan Vietnam, yang masing-masing naik sebesar 2,9 persen dan 27,1 persen.

“Hal ini menunjukkan kondisi pelemahan permintaan pasar negara-negara tujuan utamaekspor Indonesia,” kata Kasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com