Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Giliran Menkeu AS Komentar soal Libra-nya Facebook

Kompas.com - 16/07/2019, 07:07 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber BBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Rencana Facebook untuk meluncurkan mata uang kripto mereka, Libra, masih menuai polemik. Setelah sebelumnya Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell mempertanyakan masalah keamanan data privasi dan risiko pencucian uang, kini Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin memperingatkan soal risiko digunakan untuk tindak kriminal.

Dalam sebuah konferensi pers, Mnuchin mememaparkan, Libra bisa menjadi alat untuk tindak pencucuian uang dan pendanaa teroris. Menurutnya, peluncuran Libra merupakan sebueah isu yang berkaitan dengan keamanan nasional.

Dikutip dari BBC, Selasa (16/7/2019), Mnuchin pun merasa tak nyaman dengan kehadiran Libra. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump dan otoritas bank sentral juga menyatakan hal serupa.

Adapun petinggi Facebook bakal bertemu dengan komite kongres membahas mengenai peluncuran Libra pada hari Selasa waktu setempat.

Baca juga: Gubernur The Fed: Libra Bermasalah Soal Privasi hingga Risiko Pencucian Uang

David Marcus, pimpinan proyek Libra, diharapkan bakal mengatakan kepada Komite Perbankan Senat AS, bahwa Facebook tidak akan meluncurkan Libra hingga peraturan terkait hal tersebut diterbitkan.

Mnuchin mengatakan, Libra harus bisa menyakinkan regulator keuangan bahwa pihaknya memilliki standar privasi yang tinggi.

Walaupun demikian, dirinya menolak memberikan komentar mengenai kapan kebijakan terkait Libra bakal diluncurkan. Walaupun demikian, Mnuchin menegaskan bahwa dirinya merasa tidak nyaman dengan mata uang digital serta jalan Facebook untuk bisa mendapatkan persetujuan masih panjang.

"Cryptocurrency umumnya telah dieksploitasi untuk mendukung miliaran dolar aktivitas ilegal seperti kejahatan dunia maya, penghindaran pajak, pemerasan, ransomware, obat-obatan terlarang dan perdagangan manusia manusia," kata Mnuchin.

Baca juga: AS Godok Larang Perusahaan Teknologi Terbitkan Mata Uang Digital

Pekan lalu, Trump dalam akun Twitter mengatakan dia bukan penggemar cryptocurrency, dan mengisyaratkan bahwa Facebook mungkin memerlukan lisensi perbankan.

Powell sebelumnya juga sempat mengatakan Libra menimbulkan banyak keprihatinan serius.

Adapun Facebook mengatakan pihaknya telah mengantisipasi respon dari berbagai pejabat tersebut dan ingin melakukan dialog dengan mereka.

Dalam sebuah pernyataan yang disiapkan dirilis pada hari Senin menjelang sidang senat Selasa, Mr Marcus mengatakan bahwa Libra tidak dibuat untuk menginterupsi area kebijakan moneter.

"Asosiasi Libra, yang akan mengelola Libra, tidak memiliki niat untuk bersaing dengan mata uang atau memasuki arena kebijakan moneter. Kebijakan moneter adalah otoritas bank sentral," katanya.

"Facebook tidak akan menawarkan mata uang digital Libra sampai kami sepenuhnya menangani masalah regulasi dan menerima persetujuan yang sesuai," lanjut Marcus.

Baca juga: Facebook Bakal Luncurkan Libra, Apa Bedanya dengan Bitcoin?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com