Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahana: Kebijakan Moneter dan Fiskal Saja Tak Cukup Perbaiki Defisit Neraca Berjalan

Kompas.com - 23/07/2019, 10:48 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Ekonom dan Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Budi Hikmat mengatakan, Indonesia masih punya PR untuk menyembuhkan Defisit Neraca Berjalan atau Current Account Deficit (CAD).

Untuk menyembuhkan CAD, Budi mengatakan kebijakan moneter atau fiskal saja tidak akan cukup untuk memperbaiki CAD.

“Kebijakan moneter dan fiskal saja tak cukup memperbaiki CAD. Hal yang kita tunggu saat ini adalah kabinet pemerintah yang baru untuk memberi solusi dalam memacu produktivitas dan daya saing," ungkap Budi Hikmat dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (23/7/2019).

Baca juga: Defisit Fiskal Melebar, Amankah Anggaran Infrastruktur?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca dagang Indonesia defisit 1,93 miliar dollar AS sepanjang semester I 2019. Defisit neraca perdagangan pada semester 1 2019 ini merupakan defisit neraca terdalam selama 4 tahun terakhir. Sementara pada bulan Juni, telah terjadi surplus sebesar 200 juta dollar AS.

Menurut Budi, salah satu penyebab membengkaknya defisit neraca berjalan adalah penyakit Belanda atau Dutch Disease, yakni masyarakat terlena menggunakan produk barang dan jasa impor, namun tak menggerakan roda produktivitas. Hal ini mempengaruhi sektor manufaktur saat komoditas booming.

“Semasa era commodity booming, sektor manufaktur kurang dapat dukungan sementara belanja masyarakat untuk barang impor tumbuh pesat. Ketika booming berakhir, belanja barang impor sulit ditekan sementara sektor manufaktur sulit menyerap tenaga kerja yang menghasilkan pendapatan untuk rumah tangga," ungkap Budi.

Baca juga: Kurs Rupiah Tertekan Defisit Neraca Dagang dan Perang Dagang

Di sisi lain, Budi menuturkan penguatan rupiah belum ditopang secara fundamental meski rupiah mencerminkan penguatan pada pekan lalu sehingga prospek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal menarik tahun ini.

Pekan lalu, rupiah kembali menguat terhadap kurs Dollar Amerika Serikat (AS), yang naik 0,49 persen ke level Rp 13.930 selama pekan lalu. Rupiah juga menjadi mata uang terbaik di Asia sepanjang Juli, dimana Rupiah menguat 1 persen terhadap Dollar AS.

"Penguatan rupiah belum ditopang secara fundamental. Penguatan rupiah disebabkan karena masuknya aliran modal asing (capital inflow) ke pasar keuangan Indonesia sebesar Rp 192,5 triliun," ungkap dia.

Adapun masuknya modal asing ke pasar keuangan yang sebesar Rp 192,5 triliun berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 118,1 triliun dan saham senilai Rp 74 triliun. Kepemilikan investor asing terhadap SBN telah melebihi Rp 1.000 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Whats New
MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

Whats New
Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Whats New
Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Whats New
Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Whats New
Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Whats New
Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Whats New
Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Whats New
Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Whats New
Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com