Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Corona, Harga Jahe Merah Tembus Rp 100.000/Kg

Kompas.com - 08/03/2020, 11:26 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggapan jahe sebagai obat herbal penangkal dari virus corona, membuat harganya melonjak tajam di pasaran. Selain itu, umbi yang biasa digunakan sebagai bumbu dapur ini juga semakin sulit dicari.

Rudi, salah seorang pedagang wedang jahe susu di Jalan Hankam, Ujung Aspal Bekasi mengatakan, dirinya saat ini kesulitan mendapatkan jahe sebagai bahan baku minuman yang dijualnya. Kalaupun ada, harganya sudah melonjak hingga Rp 70.000/kg.

"Jahe mahal banget sekarang, terutama jahe merah, sekarang sudah Rp 70.000/kg di Pasar Induk Kramatjati (Jakarta). Kalau beli di pasar kecil, lebih mahal lagi, sudah Rp 100.000/kg kayak di Pasar Kranggan (Bekasi)," kata Rudi, Minggu (8/3/2020).

Tak cuma jahe, empon-empon lain juga harganya sudah melambung. Harganya rata-rata naik di atas dua kali lipat, puncaknya sejak sepekan lalu.

Baca juga: Geger Corona, Penjual Wedang Jahe Susu Diserbu Pembeli

"Lalu temulawak sekarang Rp 50.000/kg, kencur Rp 60.000. Tapi meski naik jahe, belum ada rencana naikkan harga wedang jahe susu," ungkap Rudi.

Kenaikan harga empon-empon memang merata di hampir semua pasar di berbagai daerah pasca pengumuman kasus corona pertama di Indonesia yang diumumkan langsung Presiden Jokowi.

Dikutip dari Antara, harga jahe merah di Pasar Flamboyan Pontianak saat ini sudah mencapai Rp 80.000/kg dari harga sebelumnya yang semula Rp 60.000/kg.

"Begitu juga jahe putih sebelumnya Rp 40.000/kg sekarang menjadi Rp 60.000/kg. Harga ini naik dikarenakan stok jahe merah dan jahe putih terbatas," ujar Ayun, salah satu pedagang di Pasar Flamboyan.

Dia mengaku, pasokan jahe yang dibelinya itu tidak didatangkan dari luar, namun berasal dari para petani di Pontianak. Memang ada jahe impor, namun jumlahnya terbatas, kualitasnya pun tak sebaik jahe lokal.

Baca juga: Empon-empon Mahal, Penjual Jamu Terpaksa Naikkan Harga

Kenaikan permintaan jahe didorong karena banyak masyarakat yang membutuhkan jahe untuk penangkal penyakit.

"Kualitas jahe merah dan jahe putih impor tak sebagus yang lokal dilihat dari bentuknya, yang lokal sangat besar-besar. Sedangkan yang impor kecil-kecil, sehingga kami jarang menjual jahe yang impor," ungkapnya.

Sebagai informasi, jahe merah jadi salah satu empon-empon yang paling banyak dicari di tengah kekhawatiran virus corona beberapa hari belakangan.

Dilansir dari artikel Kompas.com, kabar ini dikaitkan dengan penelitian seorang profesor asal Universitas Airlangga (Unair) di Surabaya, Prof Dr Chairul Anwar Nidom MS, Drh.

Terkait efeknya terhadap virus corona, Nidom berkata bahwa empon-empon mengandung curcumin yang berfungsi mencegah terjadinya badai sitokin di dalam paru.

Baca juga: Imbas Corona, Penjual Jamu Keluhkan Meroketnya Harga Bahan Baku

Di samping itu, minuman tradisional kaya khasiat asal Indonesia ini memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit (imunitas). Sitokin, ujar Nidom, merupakan respons imun terhadap adanya virus.

"Jadi sebetulnya sitokin merupakan fungsi positif, tetapi punya efek negatif, yaitu merusak sel di sebelahnya. Sitokin inilah yang menyebabkan tubuh menjadi panas kalau seseorang terinfeksi kuman," ujar Nidom.

Namun, efektivitas formulasi ini baru melalui uji praklinis terhadap tikus. Itu pun yang terinfeksi flu burung, jenis virus corona lainnya, bukan Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com