Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Direksi Dirombak, BNI Perkuat Segmen Korporasi

Kompas.com - 03/09/2020, 07:09 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua mantan direksi PT Bank Mandiri Tbk yakni Royke Tumilaar dan Silvano Rumantir diangkat menjadi direksi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Rabu (2/9/2020).

Pemegang saham BNI menunjuk Royke menjadi Direktur Utama Bank BNI. Sementara Silvano menjadi Direktur Corporate Banking BNI.

Dalam video conference, Royke mengatakan, penunjukannya dan Silvano sebagai manajemen BNI tentu telah menjadi pertimbangan para pemegang saham.

Baca juga: Royke Tumilaar Jadi Dirut BNI, Siapa Penggantinya di Bank Mandiri?

Menurut Royke, BNI memang memang punya karakteristik segmen kredit yang serupa dengan Bank Mandiri, yakni kuat di kredit korporasi. Royke sendiri telah bergabung dengan Bank Mandiri sejak tahun 1999. Dia telah menjadi direksi di bank berlogo pita emas tersebut sejak tahun 2011.

Royke juga sempat menjabat sebagai Direktur Corporate Banking di Bank Mandiri. Sementara itu, Silvano Rumantir juga punya spesialisasi perbankan pada segmen korporasi.

Silvano tercatat pernah dipercaya sebagai Senior Executive Vice President (SEVP) Corporate Banking Bank Mandiri, sebelum menduduki kursi Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri. Sebelum berkarier di Bank Mandiri, Silvano pernah menjabat sebagai Direktur Corporate Finance Deutsche Bank Singapura.

Penunjukan dua bankir ini bisa dikaitkan dengan rencana pemegang saham untuk mendorong segmen korporasi di Bank BNI. Sebab, merujuk pada presentasi BNI, komposisi kredit korporasi di BNI memang sangat dominan.

Baca juga: Ini Alasan Erick Thohir Pindahkan 5 Petinggi Bank Mandiri ke BNI

Tercatat, sebanyak 54,4 persen dari total kredit BNI yang mencapai Rp 576,77 triliun per Juni 2020 mengalir ke segmen koporasi. Rinciannya, sebanyak 34 persen merupakan korporasi swasta dengan realisasi sebesar Rp 196,32 triliun per semester I 2020 dan tumbuh 12,6 persen secara year on year (yoy).

Sementara sisanya, sebanyak Rp 117,79 triliun merupakan kredit korporasi BUMN dengan pertumbuhan mencapai 6,1 persen yoy. Tingkat kesehatan kredit korporasi di BNI juga bisa dibilang cukup baik dengan NPL sebesar 2,2 persen. Jauh lebih rendah dibandingkan segmen lain.

Royke mengatakan, segmen korporasi akan tetap menjadi fokusnya dalam membangun pertumbuhan di Bank BNI.

Dia juga tidak memungkiri kalau penunjukan dirinya juga didasarkan atas pengalamannya mengelola bisnis kredit korporasi di Bank Mandiri.

"Kalau dilihat dari komposisi perubahan manajemen, bisa dilihat apa yang menjadi target pemegang saham. Saya tidak bisa bilang persis seperti itu, tapi memang BNI kurang lebih kekuatannya sama dengan Bank Mandiri," ungkapnya.

Royke juga menyinggung tentang masih besarnya ceruk kredit korporasi yang bisa digali antara BNI. Seperti di sektor infrastruktur atau proyek pemerintah.

Baca juga: Likuiditas Longgar, BNI Tak Berencana Terbitkan Obligasi Tahun Ini

Lantaran memiliki karakteristik sama, Royke tidak menampik bahwa ke depan bisa saja Bank BNI dan Bank Mandiri berkolaborasi untuk mendorong segmen korporasi yang menjadi andalan kedua bank.

Walau ditunjuk menjadi nakhoda baru BNI, Royke belum akan banyak mengubah target bisnis BNI.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com