Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apindo Minta Pemerintah Kaji Ulang Aturan Ketenagakerjaan

Kompas.com - 30/09/2020, 13:50 WIB
Ade Miranti Karunia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengusulkan kepada pemerintah mengkaji ulang aturan terkait ketenagakerjaan pasca-pandemi.

"Melihat kondisi ke depan, harus ada kalibrasi ulang atau resetting terhadap seluruh aturan ketenagakerjaan kita," ucapnya dalam peluncuran dan diskusi Program Pekerjaan Layak Nasional 2020-2025 secara daring, Rabu (30/9/2020).

Menurut Apindo, selama 20 tahun, pemerintah selama ini hanya fokus terhadap jaminan sosial, proteksi, serta sisi ketenagakerjaannya.

Baca juga: Pabrik Jadi Klaster, Apindo Soroti Risiko Penularan Covid-19 di Transportasi Umum

"Kebetulan di Indonesia menurut pengamatan kami itu adalah lebih banyak menitikberatkan kepada sisi proteksi atau sisi jaminan sosial atau dari sisi ketenagakerjaannya itu yang lebih mengemuka dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini," ujarnya.

Selain itu, pemerintah diharapkan untuk fokus terhadap sisi pasokan dan permintaan (supply and demand). Menurut Hariyadi, tanpa adanya supply dan demand tersebut maka pekerjaan yang layak akan sulit terpenuhi

"Kalau kita tidak memperhatikan dari sisi supply and demand maka ini akan sulit seimbang karena pekerjaan yang layak itu bisa terwujud dengan baik pada saat supply dan demand itu terpenuhi," ucapnya.

Ia menyebut, dua negara yaitu Vietnam dan China yang mengutamakan dari sisi pasokan dan permintaan akan suatu barang sehingga berdampak kepada penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak.

"Saya ambil contoh Vietnam. Vietnam itu adalah negara yang memulai dengan memperhatikan supply and demand sehingga pada saat supply and demand sudah tercapai dengan seimbang maka pekerjaan layak itu bisa disediakan dengan jumlah yang cukup besar," katanya.

"Kalau kita mau melihat yang lebih maju lagi itu adalah Cina. Cina itu sekarang untuk permasalahan supply and demand kelihatannya sudah bisa mengatasi. Sehingga apa yang terjadi dengan kedua negara ini sebetulnya dari tingkat pendapatan mereka adalah mulai meningkat diiringi juga dengan produktivitas meningkat," sambung dia.

Hal lain yang perlu ditiru oleh Indonesia dari kedua negara tersebut lanjut dia, adalah penanganan pada sektor pangan. Karena dia masih menilai Indonesia masih ketergantungan impor pangan dari negara lain, contohnya kebutuhan stok beras.

"Mereka juga menyelesaikan masalah negeri mereka khususnya pangan. Nah, kita tidak melakukan hal tersebut, malah impor beras dari Vietnam. Tapi sekarang, Vietnam tidak lagi ekspor beras karena harus memenuhi kebutuhan negeranya sendiri dulu," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Utang Pemerintah ke Bulog Capai Rp 16 Triliun, Dirut: Hampir Semua Sudah Dibayarkan

Utang Pemerintah ke Bulog Capai Rp 16 Triliun, Dirut: Hampir Semua Sudah Dibayarkan

Whats New
Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Whats New
IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com