NEW YORK, KOMPAS.com - Produsen minyak mentah dunia tengah dihadapi ketidakpastian akibat munculnya potensi gelombang kedua pandemi Covid-19 di berbagai negara. Berbagai proyeksi pemulihan permintaan minyak mentah kini menjadi tidak lagi pasti.
Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) melaporkan, pada beberapa bulan terakhir, permintaan minyak mentah terus mengalami pertumbuhan, seiring meredanya jumlah positif Covid-19 di berbagai negara.
Namun, adanya peningkatan jumlah positif Covid-19 di berbagai negara, pertumbuhan minyak mentah mengalami perlambatan.
"Hal ini tentu saja mengakibatkan keraguan akan proyeksi pemulihan ekonomi dan permintaaan minyak mentah," tulis IEA, dikutip dari CNBC, Rabu (14/10/2020).
Baca juga: Ekspor Produk Minyak Sawit Lesu
Padahal, berbagai negara yang tergabung dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak beserta Mitra atau OPEC+ berencana meningkatkan produksi mereka, hingga 2 juta barrel per hari.
Selain itu, adanya gencatan senjatan yang terjadi di Libya, berpotensi meningkatkan produksi minyak mentah negara yang terletak di Afrika Utara itu menjadi 700.000 barrel per hari, dari saat ini hanya mencapai 300.000 barrel per hari.
"Hanya ada sedikit ruang tersisa bagi pasar untuk menyerap produksi lebih dalam beberapa bulan ke depan," tulis IEA.
Lebih lanjut, IEA menyatakan, ketidakpastian ini akan berpotensi mengganggu stabilitas pasar minyak mentah yang telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir akibat pemangkasan yang dilakukan OPEC+ sebesar 7,7 juta barrel per hari.
"Langkah tersebut telah menunjukan keberhasilan. Ditandai dengan harga minyak mentah yang relatif stabil," tulis IEA.
Baca juga: Akibat Covid, Harga Minyak Mentah Indonesia di Level 37,43 Dollar AS Per Barrel