Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Kudeta, AS Bekukan 1 Miliar Dollar AS Aset Myanmar

Kompas.com - 11/02/2021, 09:45 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber nikkei

NEW YORK, KOMPAS.com - Presiden Joe Biden melayangkan sanksi berupa pembekuan aset senilai 1 miliar dollar AS kepada Myanmar usai terjadi kudeta di negara Burma tersebut.

Sanksi diberikan untuk mencegah para jenderal di balik kudeta mengakses dana pemerintah yang ditahan di AS.

"Hari ini, saya kembali menyerukan kepada militer Burma untuk segera membebaskan para pemimpin dan aktivis politik yang demokratis. Militer harus melepaskan kekuasaan yang direbut dan menunjukkan rasa hormat atas keinginan rakyat Burma," kata Biden mengutip Nikkei Asia, Kamis (11/2/2021).

Baca juga: Phapros Ekspor Obat-obatan ke Afghanistan dan Myanmar

Seruan Biden ini menandai tindakan terkuat yang diambil oleh AS terhadap militer Myanmar sejak mengkudeta negara itu pada 1 Februari 2021, dengan menahan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Myint, dan politisi lainnya setelah menuduh adanya kecurangan dalam pemilu.

Lebih dari itu, Biden telah menandatangani perintah eksekutif untuk mengenakan sanksi tambahan kepada para pemimpin militer yang mengarahkan kudeta, termasuk kepentingan bisnisnya dan anggota keluarga mereka.

"Gedung Putih akan memberlakukan kontrol ekspor yang kuat sambil mempertahankan dukungan kami untuk perawatan kesehatan, kelompok masyarakat sipil, dan bidang lain yang secara langsung menguntungkan rakyat Burma," ungkap Biden.

Lalu, Gedung Putih telah mengontak mitra dan sekutu, khususnya di wilayah Indo-Pasifik, untuk membantu koordinasi tindakan internasional atas apa yang terjadi di Myanmar.

"Kami akan siap memberlakukan tindakan tambahan. Kami akan terus bekerja dengan mitra internasional kami dan mendesak negara lain untuk bergabung dengan kami dalam upaya ini," tambahnya.

Baca juga: Merger Dikabarkan Masuk Finalisasi, Valuasi Gojek-Tokopedia Ditargetkan Rp 560 Triliun

Salah satu negara yang dihubunginya adalah Jepang. Negeri Sakura diketahui telah lama memiliki hubungan dekat dengan Myanmar sebagai donor bantuan luar negeri dan sumber investasi bisnis.

Pada pekan lalu, AS di bawah kepemimpinan Joe Biden secara resmi menetapkan kejadian di Myanmar adalah kudeta. Penetapan secara otomatis memicu pembatasan bantuan AS yang diberikan kepada Myanmar.

Kendati demikian, Gedung Putih memastikan, pembatasan bantuan ke Myanmar tidak akan memengaruhi bantuan kemanusiaan kepada negara Asia Tenggara itu.

Saat dia menjadi Wakil Presiden di masa Barack Obama, AS pernah memimpin upaya diplomatik untuk membawa Myanmar keluar dari isolasi setelah puluhan tahun terputus dari dunia.

Kala itu, pemerintahan Obama merangkul transisi Myanmar menuju negara demokrasi dengan meringankan sanksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Whats New
Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Whats New
Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Whats New
Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com