DAMPAK pandemi Covid-19 terhadap dunia penerbangan sangat dahsyat. Dari berbagai media dapat dikutip antara lain bahwa sekitar 17.000 pesawat terbang terpaksa harus diparkir di berbagai bandara di seluruh dunia.
Sebuah “tragedi” yang menimpa industri penerbangan yang selama ini mempekerjakan jutaan orang dan menjadi penopang puluhan juta lainnya, serta menjadi pusat kegiatan bagi perkembangan bisnis , termasuk pariwisata internasional dan domestik.
Tidak itu saja, tercatat bahwa jumlah penerbangan per hari telah sempat turun hingga 80 persen sejak awal tahun lalu. Di berbagai kawasan, beberapa negara, perjalanan menggunakan pesawat terbang bahkan dihentikan sama sekali pada sesi yang dikenal dengan lockdown.
IATA, International Air Transport Association, mengatakan bahwa analisis menunjukkan bahwa hingga 4,8 juta pekerjaan di bidang penerbangan mungkin akan hilang. Diluar penerbangan, bila dilihat kegiatan yang akan terdampak secara tidak langsung, maka setidaknya 46 juta pekerjaan berisiko terhenti juga.
Baca juga: Hidup Mati Industri Penerbangan Bergantung Pada Vaksin Corona
Hal itu sebagai akibat peran dunia penerbangan yang sangat berpengaruh pada kegiatan bisnis dan pariwisata yang selama ini banyak mengandalkan perjalanan melalui udara.
Demikian pula dengan banyak kegiatan di seluruh rantai sistem distribusi dalam konstruksi, katering, layanan profesional, dan semua hal lain yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem transportasi udara global. Peluang kerja yang mendukung penerbangan berpotensi turun 46 juta menjadi 41,7 juta.
Sementara itu pekerjaan dalam kegiatan langsung di maskapai penerbangan, bandara, pabrikan, dan manajemen lalu lintas udara telah turun 4,8 juta , sebuah penurunan yang mencapai angka sampai 43% dibandingkan dengan situasi sebelum Covid-19.
Di sisi lain, tercatat sudah 39.200 penerbangan repatriasi khusus membawa pulang warga negara terkait, yang mencapai lebih kurang 5,4 juta warga setelah pemberlakuan lockdown pada Maret 2020.
Demikian pula tercatat 46.400 penerbangan kargo khusus yang bertugas untuk mengangkut 1,5 juta ton muatan barang, sebagian besar peralatan medis, ke daerah-daerah yang membutuhkan selama puncak terhadap respon penanggulangan pandemi.
Di Indonesia sendiri dari penjelasaan INACA, Indonesia National Air Carrier Association, menyebut tentang penurunan penumpang yang dialami maskapai penerbangan di Indonesia sejak Januari-April 2020 di empat bandara besar di Indonesia yakni di Jakarta, Bali, Medan, dan Surabaya, sebanyak 45 persen penumpang internasional.
Sementara untuk penumpang domestik, penurunan terjadi sebanyak 44 persen dari Januari-April 2020. Ditambahkan bahwa kerugian yang dialami maskapai penerbangan dari empat bandara besar tersebut, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018 telah mencapai sekitar 812 juta dollar AS.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) yang kantor pusatnya berlokasi di Quartier International of Montreal, Quebec, Canada, memang telah menyampaikan bahwa, Covid-19 telah menjadi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi dunia, termasuk dan terutama di sektor transportasi udara internasional.
Merespons hal yang amat sangat serius ini, maka ICAO telah mengembangkan Platform Pemulihan Covid-19 untuk menyusun prakiraan, panduan, alat, dan sumber daya yang dibutuhkan oleh regulator nasional dalam mengejar upaya menangani pandemi Covid 19.
Rekomendasi tambahan juga akan disajikan pada platform tersebut untuk turut membantu memastikan pendekatan global yang terkoordinasi dan selaras. Hal itu sangat dibutuhkan karena pihak pemerintah dan industri penerbangan dituntut untuk dapat bekerja sama dalam usaha menghubungkan kembali dunia pasca-pandemi.
Untuk dipahami bersama bahwa penyakit sejenis Covid-19 menimbulkan risiko yang berat bagi masyarakat yang bepergian karena dapat ditularkan antar manusia. Oleh karena itu, penting bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat untuk membantu membatasi penyebarannya melalui transportasi udara.