JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan tak menepis kedekatan Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah China.
"Kalau kita (pemerintah disebut) dekat dengan China, iya," ujarnya dalam CNBC Economic Outlook yang ditayangkan secara virtual, Kamis (25/2/2021).
Seperti diketahui, Indonesia menjalin kerja sama dengan China untuk pengadaan jutaan vaksin Covid-19. Bahkan, China juga mengirim bahan baku vaksin ke Indonesia yang kemudian diproduksi oleh Bio Farma.
Selain itu, pemerintah juga menggaet China untuk investasi di berbagai sektor. Teranyar, Indonesia dan China menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama pengembangan sektor pariwisata, salah satunya di Danau Toba, Sumatera Utara.
Baca juga: Muncul Julukan Luhut Lagi, Luhut Lagi, Ini Respons Luhut
Meski begitu Luhut menekankan, seperti negara lain, saat China ingin berinvestasi di Indonesia, ada syarat yang harus dipatuhi.
"Nah kenapa dengan China? Mungkin China ini ingin cari teman juga. Dia (China) lihat kita (Indonesia) enak, kita lihat (China) enak juga. Tapi, ada tapinya, semua mau dia investasi di sini harus memenuhi kriteria," ucapnya.
"Tidak ada mereka yang atur. Semua teknologi yang masuk ke sini harus first technology, dan harus B to B (business to business), enggak mau G to B (government to business)," sambung Luhut.
Namun, Luhut juga mengatakan Pemerintah Indonesia dekat dengan sejumlah negara lain. Misalnya dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Amerika Serikat (AS).
Selain dengan China, Luhut juga mengatakan Pemerintah Indonesia dekat dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Amerika Serikat (AS).
"Kalau kita (disebut) dekat dengan Abu Dhabi (UEA), super iya juga. Karena hubungan pribadi Pak Jokowi dengan crown prince (Putra Mahkota Raja UEA) itu bagus. Kita juga dekat dengan Amerika, cukup bagus, bagus sekali," ucap Luhut.
Bahkan kata Luhut, kedekatan Presiden Jokowi dengan Putra Mahkota Raja Abu Dhabi menghasilkan suatu komitmen kesepakatan investasi yang nilainya mencapai 19 miliar dollar AS atau setara Rp 266 triliun.
Baca juga: Tesla Pilih Bangun Pabrik di India, Luhut: Future-nya Ada di Sini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.