Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dalih Mendag Soal Impor Beras saat Produksi Lokal Diproyeksikan Naik

Kompas.com - 05/03/2021, 19:50 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah bakal mengimpor beras sebanyak 1 juta ton untuk memenuhi kebutuhan tahun 2021. Padahal Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksi produksi beras dalam negeri akan tinggi pada tahun ini.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi berdalih beras impor tersebut bakal digunakan untuk menambah cadangan, pemerintah menyebutnya dengan istilah iron stock.

"Diumumkan beras hasilnya tahun ini akan baik, tapi biar bagaimana pun pemerintah mesti punya iron stock," ujarnya dalam Raker Kementerian Perdagangan 2021, Jumat (5/3/2021).

Baca juga: Tahun Ini Pemerintah Putuskan Impor Beras 1 Juta Ton, Untuk Apa?

Menurut dia, sebagai cadangan, beras tersebut tidak akan digelontorkan ke pasar saat periode panen raya. Melainkan hanya saat kebutuhan mendesak seperti keperluan bansos ataupun untuk stabilisasi harga.

"Jadi tidak di jual serta-merta ketika panen, keputusan kapan iron stock itu mesti keluar harus dimusyawarahkan bersama-sama (antar pemangku kebijakan)," imbuh dia.

Lutfi mengatakan, beras merupakan komoditas pangan yang sangat sensitif bagi masyarakat Indonesia, sehingga pasokannya harus memadai untuk memenuhi permintaan dan menjaga kestabilan harga.

Oleh sebab itu, meskipun produksi dalam negeri diproyeksi tinggi, namun tetap diperlukan cadangan beras untuk mengantisipasi risiko terburuk.

"Ketika barang ada meskipun tinggi, itu jauh lebih mudah, daripada harga tinggi dan barang tidak ada," ucapnya.

Lutfi menyatakan, Kemendag tak ingin berperan sebagai 'pemadam kebakaran' dalam menjaga stabilisasi harga pangan. Artinya, mitigasi dilakukan sejak awal untuk menghindari terjadinya permasalahan gejolak harga.

Baca juga: Perkuat Cadangan, Bulog Mulai Serap Beras 500 Ton dari Aceh

"Kemendag di masa yang akan datang harus bisa memprediksi apa yang akan terjadi, bukan ketika kejadian baru kita seperti 'pemadam kebakaran', tetapi kita mesti berencana. Seperti saat ada El Nina dan El Nino, atau saat harga akan naik apa mitigasinya, apa opsinya. Ini harus kita kerjakan," ungkap Lutfi.

Untuk diketahui, pemerintah berencana impor 1 juta ton beras yang akan dilakukan melalui penugasan kepada Perum Bulog. Terdiri dari 500.000 ton untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 500.000 ton lagi sesuai kebutuhan Bulog.

Dalam paparan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada acara Raker Kemendag 2021, disebutkan bahwa stok beras itu untuk menjaga ketersediaan beras dalam negeri setelah adanya program bantuan sosial (bansos) beras PPKM, serta untuk antisipasi dampak banjir dan pandemi Covid-19.

Baca juga: Ada Beras Impor Masuk Pasar, Kementan: Bukan Rekomendasi Kami

Sementara itu, BPS memperkirakan produksi beras Indonesia sepanjang Januari-April 2021 mencapai 14,54 juta ton. Potensi produksi beras ini naik 3,08 juta ton atau 26,84 persen dibandingkan produksi Januari-April 2020 yang sebesar 11,46 juta ton.

Adapun pada Januari 2021 produksi beras dalam negeri sudah terealisasi sebanyak 1,18 juta ton, lebih tinggi dari produksi di Januari 2020 yang sebesar 930.000 ton beras.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com