KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Sekaranglah Waktunya Bangkit

Kompas.com - 06/03/2021, 16:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

APAKAH Anda membayangkan bahwa krisis yang terjadi saat ini seperti hujan badai parah yang akan berlalu seiring terbitnya matahari?

Beberapa ahli mengatakan, krisis tidak akan berhenti dengan cara seperti yang Anda bayangkan tersebut.

Bahkan, jika dibandingkan dengan beberapa krisis yang pernah terjadi, usai masa krisis ini diperkirakan kita masih akan berada dalam keadaan “compang-camping” yang sulit diperbaiki.

Oleh karena itu, kita tidak bisa bersikap pasif menunggu krisis berakhir dan berharap akan muncul pelangi dengan sendirinya.

Sekaranglah waktunya kita bangkit. Setiap orang perlu berupaya tetap berdiri dalam keadaan sulit dan dengan segala kekurangan. Setelah itu, mulai menghidupkan semangat serta menjalankan organisasi.

Misalnya saja, dalam bisnis restoran. Banyak restoran yang tadinya ramai pengunjung mengalami penurunan angka penjualan akibat kondisi pandemi ini.

Baca juga: Pengusaha Bioskop: Dampak Pandemi Covid-19 Paling Berat, Krisis Tahun 98 Tak Separah Ini

Bila semua karyawan hanya mengandalkan pimpinan untuk memutar otak agar restoran tetap bertahan, perkembangan perusahaan pasti berjalan lambat. Tidak tertutup kemungkinan, karyawan terancam di-PHK atau dirumahkan.

Semua orang harus berkontribusi memikirkan jalan lain, entah itu berjualan makanan beku dengan memanfaatkan platform-platform online atau bahkan menjajakan produk mereka di pinggir jalan.

Semua itu perlu dilakukan demi keberlangsungan usaha yang menjadi “periuk nasi”. Kita tidak bisa menunggu krisis ini mereda.

Pada masa sulit ini, tak sedikit kesempatan-kesempatan baru yang tidak pernah terbayangkan dapat diperoleh perusahaan melalui pemanfaatan teknologi.

Walaupun tidak memiliki pengalaman canggih dalam hal digitalisasi, menawarkan produk dan jasa secara daring (online) menjadi pilihan.

Semua karyawan perlu digerakkan untuk bisa berubah dan berkontribusi dalam memberikan layanan secara online, bahkan mulai membangun kekuatan baru. Pada saat seperti inilah kekuatan mental kita benar-benar diuji.

Baca juga: Menkop Nilai UMKM Indonesia Perlu “New Branding”

Banyak pelanggan yang mungkin juga mengalami kesulitan dalam bisnisnya dan berusaha menekan pengeluaran. Bagaimana kita dapat meyakinkan mereka agar tetap membeli produk kita? Ini benar-benar sebuah tantangan baru yang harus dipikirkan dengan seksama.

Dalam pandemi ini, revolusi digital terus berjalan. Ada beberapa jalan yang tertutup, tetapi muncul jalan-jalan baru yang bisa ditempuh.

Bisnis kecil bisa menggunakan saluran digital untuk pemasaran dan menyentuh pelanggan yang selama ini di luar jangkauan.

Hal ini bahkan membuat kita berpikir, inilah berkah dari musibah yang melanda kita ini. Kita bisa berbisnis dari rumah dan memanfaatkan digitalisasi dengan optimal.

Cara memimpin dalam organisasi pun juga mengalami perubahan. Pemahaman terhadap purpose, nilai-nilai, dan empati sekarang ini menjadi kunci.

Dalam setiap reinvention, seorang pemimpin perlu mengomunikasikan purpose perusahaan, mendefinisikan ukuran-ukuran keberhasilan, dan mencari cara agar situasi tetap win-win dalam kondisi yang menegangkan sekalipun.

Baca juga: Jokowi: Saat Hadapi Krisis Ekonomi akibat Pandemi, Kita Harus Cepat dan Inovatif

The new normal sudah menjadi normal sekarang ini. Langkah-langkah persiapan pun senantiasa perlu kita lakukan, mulai dari mendengarkan pelanggan, berubah haluan bila diperlukan, belajar dari pelanggan, sampai mengukur keberhasilan.

Dalam kondisi krisis seperti ini, kekuatan kita tak lain adalah manusia. Semua pemikiran perlu dipertimbangkan dan semua kepala harus berpikir. Di samping itu, komunikasi dalam organisasi perlu mempertimbangkan beberapa hal.

Selain kita perlu sensitif terhadap kontribusi setiap individu dalam menghadapi krisis, ketulusan dan kejujuran satu sama lain juga perlu dijaga. Kita pun perlu mendengarkan aspirasi setiap individu agar komitmen memajukan perusahaan tetap terjaga.

Upayakan refreshment diri sendiri

Para pemimpin juga perlu bersikap strategis dalam mengeluarkan energi dan waktunya. Mereka juga manusia yang hanya memiliki waktu 24 jam sehari. Oleh sebab itu, setiap pemimpin perlu berfokus pada pekerjaan-pekerjaan yang memberi dampak lebih besar.

Baca juga: Lewat Aplikasi Ini, UKM Bisa Digitalisasi Operasional

Di dalam kelompok eksekutif, mindfulness sangat penting untuk dikembangkan. Ada tiga hal yang dapat didiskusikan secara terbuka dengan rekan-rekan kerja, sebagai berikut.

? Apa yang Anda rasakan?
? Apa yang Anda butuhkan untuk menjaga semangat dan kegigihan?
? Apakah Anda membutuhkan pihak lain untuk menjaganya?

Diskusi ini dilakukan agar setiap orang dapat melakukan self healing sambil berupaya mencapai targetnya. Beroperasi di dalam dunia dengan kompleksitas yang sistemik, dengan krisis yang jamak seperti ini, melakukan manajemen energi dan resilience sehari-hari memang benar-benar perlu.

Selain penyegaran energi dan mental, kita perlu menyegarkan cara pandang kita. Arena tempat kita berbisnis sudah berubah. Ada pelanggan yang sudah membuat kontrak tetapi tiba-tiba merger sehingga kontrak yang ada pun dikaji ulang.

Eileen Rachman.Dok. EXPERD Eileen Rachman.

Ada jasa-jasa kita yang mungkin sudah tidak menarik lagi buat pelanggan karena selera mereka sekarang pun berubah. Pihak ketiga seperti supplier dan principal, juga bisa berubah keadaannya sehingga pendekatan mereka ke kita pun bisa berubah.

Baca juga: Jokowi Serukan Cintai Produk Dalam Negeri, Pimpinan DPR Minta Pemerintah Dukung UMKM

Semua ini membuat kita perlu mengkaji kembali cara mengamati pasar dan menentukan pilihan untuk menguasai arena baru ini.

Menjadi lebih humanis

Sudah hampir setahun kita sama-sama berada dalam situasi krisis. Mungkin ada di antara anggota tim kita yang masih berharap masa-masa lalu untuk kembali.

Namun, dengan begitu banyak hal-hal baru yang sudah kita pelajari dan membuat kita berkembang, apakah kita memang mau kembali ke masa sebelum pandemi kemarin? Tidakkah kita sudah move on dan beradaptasi dengan kenormalan ini?

Kita perlu menjaga purpose dan kekuatan semangat seluruh organisasi agar terus menyala mengingat manusialah mesin penggerak utama organisasi. Ada tiga hal yang bisa dilakukan organisasi yang lebih humanis.

? Melakukan intervensi dalam merekrut, mengembangkan, dan memberikan apresiasi.
? Mengembangkan sense of belonging, meyakinkan, serta paham bahwa diversity dan inclusion dijalankan dengan benar.
? Melakukan tindakan-tindakan antisipatif agar kesehatan mental tetap terjaga.

Baca juga: Kemenkop: UMKM Digital Kunci Pemulihan Ekonomi Indonesia

Semoga dengan upaya seperti ini, perusahaan kita pun menjadi segar kembali.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com