Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Didesak Kaji Ulang Kebijakan Impor Beras 1 Juta Ton

Kompas.com - 08/03/2021, 16:11 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mendesak pemerintah meninjau ulang rencana kebijakan impor beras sebanyak 1 juta ton pada tahun ini.

Sekretaris Jenderal KTNA Yadi Sofyan Noor mengatakan, impor beras tak sejalan dengan proyeksi produksi pada dalam negeri yang terjadi peningkatan. Selain itu, impor beras bisa menggangu harga beras di pasar.

"Sehubungan dengan adanya rencana impor komoditi beras, KTNA meminta pemerintah untuk meninjau dan mengkaji ulang kebijakan impor beras," ujar Yadi dalam keterangannya, Senin (8/3/2021).

Baca juga: Ini Dalih Pemerintah "Terpaksa" Impor Beras 1 Juta Ton

Ia menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pergerakan produksi beras pada 2020 mencapai 31,33 juta ton, lebih tinggi 0,07 persen dari 2019 yang sebanyak 31,31 juta ton.

Di sisi lain, pada 2021 produksi gabah dan beras pun diperkirakan akan meningkat dari tahun lalu.

Potensi produksi padi sepanjang Januari-April 2021 diperkirakan mencapai 25,37 juta ton gabah kering giling (GKG), naik 26,88 persen atau 5,37 juta ton dibandingkan periode sama di 2020 sebesar 19,99 juta ton GKG.

Jika dikonversikan, maka protensi produksi beras sepanjang Januari-April 2021 mencapai 14,54 juta ton, naik 26,84 persen atau 3,08 juta ton dari periode sama di tahun lalu yang sebesar 11,46 juta ton.

Beberapa wilayah Indonesia saat ini pun sudah memasuki masa panen. Seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah serta Kalimantan Selatan.

Yadi mengatakan, sepanjang Maret-Mei 2021 Indonesia memasuki masa panen raya. Oleh sebab itu, ketimbang melakukan impor lebih baik pemerintah memberi penugasan untuk meningkatkkan serapan gabah oleh Bulog.

"Diharapkan pemerintah melalui Bulog dapat menyerap dan menampung hasil produksi padi di daerah-daerah," ujarnya.

Baca juga: Jokowi Janji Tolak Impor Beras Sejak Nyapres di 2014, Realisasinya?

Dia mengungkapkan, pihaknya mendukung pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk berhati-hati dengan tidak menambah impor dan meningkatkan hasil produksi dalam negeri, yang disampaikan dalam rapat kerja Kementerian Pertanian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Kementerian Perdagangan.

Maka KTNA pun berharap pemerintah lebih mengantisipasi permasalahan yang akan muncul jika kebijakan impor tetap berjalan, terutama pada saat panen raya komoditas padi, agar hasil panen lebih optimal untuk mencukupi pangan nasional.

"Mengingat impor akan berdampak pada penurunan harga jual hasil panen padi petani, serta membuat mental petani akan tertekan karena merasa kurang dihargai jerih payahnya selama ini," pungkas Yadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com