Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Kiat dan Kuat Mencari Kerja di Tengah Pandemi

Kompas.com - 15/03/2021, 11:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Bonar Hutapea, SPsi, MPsi

"Unemployment is a great tragedy. The man who goes about hopelessly seeking work in order to earn bread for his children is a living reproach to civilization" - Carlos Saavedra Lamas

DAMPAK buruk pandemi Covid-19 terhadap ekonomi global sangat nyata, tidak terkecuali Indonesia, meski diprediksikan akan semakin membaik.

Selain angka pengangguran yang sangat besar, banyak pekerjaan dipastikan hilang, bahkan akan sulit pulih sekalipun pandemi ini berakhir. Akibatnya, mencari pekerjaan sulit dan mungkin akan semakin sulit.

Wirausaha menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan keuangan karena tidak mempunyai pekerjaan (menganggur). Peluang berwirausaha terbuka lebar pada masa krisis, terutama dengan besarnya dukungan pemerintah.

Baca juga: Menaker: Tutup Saja BLK, kalau Malah Menambah Pengangguran

Namun, tidak setiap orang tertarik dan memiliki tekad untuk memiliki dan menjalankan usaha sendiri. Sebagian orang tetap memilih menjadi karyawan dan karenanya akan tetap mengupayakan mendapatkan pekerjaan.

Hanya saja, dalam masa "normal" pun mendapatkan pekerjaan bagi sebagian besar orang tidak mudah, apalagi dalam masa pandemi seperti saat ini.

Tanpa ditambah dengan beban mencari pekerjaan, beban psikis orang pada umumnya pada masa pandemi Covid-19 ini sudah berat, termasuk kemungkinan mengalami kesulitan keuangan yang ditimbulkan oleh pengangguran.

Apalagi mencari pekerjaan memang seringkali menjadi pengalaman rumit karena, antara lain harus memikirkan seberapa besar upaya yang harus dilakukan, jenis pekerjaan apa yang bisa dilamar, saluran pencarian kerja mana yang akan digunakan padahal pilihan pekerjaan dan ketersediaannya seringkali terbatas.

Proses pencarian pekerjaan ini juga sangat melibatkan emosi akibat berbagai kesulitan yang dihadapi, misalnya penolakan atau kegagalan memenuhi syarat pekerjaan yang diharapkan, menunggu respons yang sangat lama terhadap lamaran kerja yang dikirimkan.

Selain itu, pencari kerja umumnya tidak mendapatkan umpan balik bila gagal dalam wawancara dan/atau prosedur seleksi calon karyawan lainnya, atau, seandainya pun diperoleh, malah berupa umpan balik negatif.

Sebagai akibatnya, pencari kerja rentan menjadi ragu-ragu, harga diri menurun, cemas, marah kepada diri sendiri dan terus menerus mengingat pengalaman yang tidak menyenangkan. Lebih jauh, pengalaman negatif selama mencari pekerjaan ini berbanding terbalik dengan kesehatan mental.

Dengan begitu, apa yang sebaiknya dimiliki dan dilakukan oleh para pencari kerja?

Secara khusus, pencari kerja dimaksud di sini bukan sedang bekerja dan mencari pekerjaan lain yang lebih baik atau lebih sesuai (fit) dengan karakteristik pribadi.

Yang disasar adalah seseorang yang pernah bekerja lalu menganggur baik karena terkena pemutusan hubungan kerja, dirumahkan atau memilih berhenti bekerja karena alasan tertentu.

Tulisan ini juga ditujukan bagi seseorang yang akan bekerja karena telah menyelesaikan pendidikan, agar mampu mengatasi pengalaman dan perasaan negatif. Terutama keputusasaan karena lamaran ditolak dan kemunduran pribadi akibat pengangguran dan proses pencarian kerja dan pada gilirannya sukses mendapat pekerjaan yang diharapkan, terutama pada masa pandemi ini.

Berikut sejumlah saran yang dirangkum dari berbagai hasil penelitian yang relevan dan patut dipertimbangkan.

Baca juga: Indef Prediksi Pengangguran Bertambah 1,1 Juta Orang akibat Pandemi pada 2021

Punya daya lenting hidup

Pandemi yang diakibatkan Covid-19 ini telah menuntut tiap orang, tidak terkecuali pencari kerja, untuk memiliki daya lenting hidup (resiliensi).

Daya lenting ini adalah kondisi kesehatan mental yang stabil meskipun terpapar stresor yang serius karena mampu mengatasi dan mengelolanya untuk meminimalkan tekanan psikologis.

Bahkan, sebagaimana disinggung sebelumnya, sumber tekanan yang dialami pencari kerja sangat mungkin banyak dan besar sehingga menjadi salah satu kelompok populasi dengan tingkat stress yang sangat tinggi.

Menurut Chen dan Bonanno (2020), daya lenting tergantung pada faktor risiko dan faktor protektif dalam diri individu, konteks keluarga dan karakteristik komunitas/masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com