Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Kiat dan Kuat Mencari Kerja di Tengah Pandemi

Kompas.com - 15/03/2021, 11:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perasaan positif ini menunjukkan adanya kemajuan berarti yang dilakukan yang pada gilirannya akan memperkuat harapan akan mendapatkan pekerjaan.

Meski demikian, perasaan negatif seperti gugup, stres dan tegang bukan berarti tidak bermanfaat.

Perasaan semacam ini juga penting karena memberi petunjuk tentang kurangnya kemajuan dan perlunya upaya mengatasi kesenjangan antara kondisi saat ini dan tujuan yang diharapkan.

Welas asih diri

Welas asih diri atau berbelas kasih kepada diri sendiri (self-compassion) sebagai perasaan positif sangat berperan terhadap perilaku mencari pekerjaan dan hasilnya.

Pencari kerja sangat mungkin berada dalam situasi kecewa karena belum ada kemajuan yang berarti dalam upaya pencarian kerja, belum ada tanda-tanda akan mendapatkan pekerjaan ditambah lagi pada saat yang sama bisa saja mengalami kesulitan keuangan yang berat.

Perlu diingat bahwa welas asih diri tidak dimaksudkan sebagai perasaan iba atau kasihan kepada diri sendiri karena menganggap diri sendiri sebagai korban dari situasi atau ketidakmampuan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Akan tetapi, welas asih diri ini berfungsi sebagai strategi penanggulangan yang berfokus pada emosi yang adaptif.

Tentu saja, welas asih diri tidak akan mengubah situasi ini secara langsung namun dengan menahan akibat negatif dari pengalaman mencari kerja maka dimungkinkan untuk memiliki pola pikir yang membantu mengatasi pengalaman negatif tersebut selama masa mencari pekerjaan.

Baca juga: Lowongan Kerja Google Indonesia, Ini Posisi dan Cara Mendaftarnya

Siap mental dan fisik

Untuk menghadapi wawancara dalam rangka seleksi calon tenaga kerja, pencari kerja sangat penting mempersiapkan diri secara fisik maupun mental, terutama kemampuan mengelola kesan.

Tak hanya dalam wawancara kerja yang dilakukan dengan tatap muka tapi juga wawancara secara daring.

Di antaranya, berdasarkan sejumlah penelitian yang ditinjau oleh Wanberg dkk adalah mempromosikan diri secara wajar yang dilandasi kejujuran, alih-alih kebohongan agar tidak menjadi bumerang; memuji dan menyenangkan hati orang lain misalnya dengan humor, kehangatan dan rasa persahabatan secara wajar dan tulus; serta memberikan alasan, pembenaran dan permintaan maaf juga secara wajar dan secukupnya.

Tak lupa, perilaku non-verbal juga perlu diperhatikan, antara lain kontak mata, senyuman, gerak tubuh, jabatan tangan (hanya jika diperlukan dan dimungkinkan di masa pandemi), waktu berbicara, menjawab pertanyaan atau memberi tanggapan, posisi duduk yang tegak dan nyaman, volume suara yang memadai, variasinya dan kejelasan artikulasi, hingga kepantasan dan formalitas pakaian.

Perlu bimbingan dan konseling karier

Jika mungkin, secara khusus bagi pencari kerja yang masih muda misalnya mahasiswa tahap akhir, penting untuk mendapatkan bantuan dari seorang konselor karier dalam menyusun perencanaan karier dan kemampuan mengambil keputusan, memahami tren pasar tenaga kerja dan membuat pilihan pekerjaan setelah memperoleh informasi yang jelas (Malchiodi, 2004).

Juga dimungkinkan adanya pembimbingan dari seorang mentor berpengalaman (mentoring) yang sangat bermanfaat sebagai sumber daya eksternal yang membantunya dalam regulasi diri berupa:

  1. pembimbingan karier yakni panduan bagaimana meningkatkan strategi kognitif dalam menampilkan perilaku mencari pekerjaan tertentu;
  2. pembimbingan psikososial yang memberikan dukungan emosional agar terbuka dalam membicarakan masalah karier. Terutama perlunya mengubah sifat suka menunda (prokrastinasi) sesuai dengan hasil penelitian van den Hee et al (2020) yang menunjukkan bahwa sifat ini berbanding lurus dengan lamanya mendapatkan pekerjaan dan pencarian kerja secara serampangan serta berbanding terbalik dengan banyaknya mendapatkan panggilan wawancara kerja.

Sebagaimana kemiskinan, pengangguran juga sungguh merupakan sebuah tragedi dalam peradaban sebagaimana dikatakan Carlos Saavedra Lamas dalam kutipan di awal, mengingat dampaknya yang meluas dan mendalam baik terhadap semua aspek kehidupan baik kesehatan fisik dan psikis (kesehatan mental), ekonomi, hukum, sosial maupun politik.

Mencari pekerjaan dalam situasi sulit terutama pada masa pandemi saat ini bila diumpamakan seperti mencari jarum pada tumpukan jerami memang ada benarnya.

Namun tidak perlu ditanggapi dengan reaksi psikologis yang berlebihan dan perilaku yang negatif sebab tetap saja terbuka peluang untuk mendapatkan pekerjaan karena lowongan pekerjaan tetap tersedia meski dalam jumlah terbatas.

Hanya saja diperlukan upaya lebih serius yang dilandasi kesiapan fisik dan psikis serta sejumlah faktor pendukung sebagaimana yang sudah diuraikan di atas.

Bonar Hutapea, S.Psi, M.Psi
Fakultas Psikologi, Universitas Tarumanagara, Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com