Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaduh Impor Beras, Mendag Lutfi Pasang Badan: Salahkan Saya

Kompas.com - 20/03/2021, 10:34 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi kembali buka suara mengenai polemik impor beras yang rencananya dibuka tahun 2021 ini.

Ia pasang badan jika ada yang harus disalahkan atas kegaduhan yang terjadi akibat kebijakan impor beras.

Terutama terkait adanya perbedaan pendapat di antara jajaran pejabat kementerian/lembaga yang ditangkap publik selama ini.

Ia tak ingin ada pihak-pihak yang menyalahkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, atau pun Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas).

“Saya minta tolong kalau ada perbedaan tanya saya. Saya akan berusaha adil dan fair. Jadi jangan salahkan Pak Menko, Pak Mentan, jangan salahkan Dirut bulog. Salahkan saya,” kata Muhammad Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/3/2021).

Dia menjelaskan, masing-masing kementerian/lembaga memang punya tupoksi yang berbeda.

Baca juga: Beda Beras Premium dan Medium: Definisi dan Cara Tahu Ciri-cirinya


Ia menegaskan, kinerja Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sudah berhasil dalam hal menyiapkan panen di dalam negeri.

“Itu adalah mekanisme pemerintah. Saya harus sebagai tugasnya, Pak Mentan berhasil menurut ramalan BPS, panen akan baik, Bulog sudah melaksanakan tugasnya pengadaan dari petani, juga dengan baik,” tandasnya.

Hanya saja, ia mengakui ada kendala terkait kualitas hasil panen petani dalam negeri. Dia menyatakan, gabah petani dalam negeri banyak yang tak bisa dibeli Bulog, karena kadar airnya terlalu tinggi.

Baca juga: Indonesia Langganan Impor Beras dari Negara Mana Saja?

“Karena gabahnya basah tidak bisa dibeli oleh Perum Bulog, karena ada ketentuannya,” tandasnya.

Ia juga menegaskan, harga gabah yang dibeli Bulog dari petani selama ini masih relatif stabil, yakni yakni Rp 4.200 per Kg untuk gabah kering panen (GKP).

Ini sekaligus menjawab keresahan terkait anjloknya harga gabah di tengah kegaduhan rencana impor beras.

“Saya jamin tidak ada niatan pemerintah hancurkan harga petani. Yang ada sekarang gabah basah, gabah nggak bisa dibeli Bulog, petani berhadapan dengan pedagang, itu yang terjadi,” sambungnya.

Baca juga: Impor Beras Era Megawati hingga Jokowi: Selalu Turun Saat Kampanye

Di sisi lain, ia juga melihat perlunya menjaga stok beras yang ada saat ini. Perkara stok beras inilah yang selama ini menjadi ramai karena adanya sudut pandang berbeda dari masing-masing kementerian/lembaga.

“Pada hari ini, saat mau panen, tentunya kita mau lihat apakah panennya benar atau tidak, sesuai ramalan BPS. Nah kita lihat di panen tersebut. Kalau memang baik, tentu Bulog akan mengisi stoknya dari pengadaan dalam negeri. Tetapi angkanya jelas, Bulog harus mempunyai 1 - 1,5 juta ton,” tuturnya.

“Jadi kita mau pisahin, saya nggak melihat bahwa Bulog, apalagi Mentan dengan statement-nya itu ada yang beda dengan Kemendag. Saya tidak lihat ada perbedaan. Yang ada sekarang itu bahwa keputusan mempunyai iron stock sudah jadi pakem tahun ke tahun,” sambungnya.

Sejalan dengan itu, menurutnya kebutuhan terhadap impor merupakan hal yang dinamis. Ia pun mengakui usulan impor beras datang dari dirinya.

Baca juga: Tak Bisa Tolak Impor Beras, Mentan SYL Minta Maaf ke DPR

“Pada saat yang sama, saya sebagai Mendag yang bertanggung jawab. Sekali lagi saya bilang, saya yang bertanggung jawab. Kalau mau menyalah-nyalahkan siapa yang tanggung jawab, yang tanggung jawab adalah Mendag, saya yang minta Rakor ke Menko untuk dibicarakan soal stok Bulog ini,” tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com