Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei IDEAS: 97,9 Persen Responden Keluarga Miskin Terdampak Pandemi Secara Ekonomi

Kompas.com - 30/04/2021, 12:45 WIB
Elsa Catriana,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) memotret bagaimana pengaruh Covid-19 terhadap perekenomian para keluarga miskin.

Direktur IDEAS Yusuf Wibisono mengatakan, berdasarkan hasil penelitiannya, sebanyak 97,9 persen responden dari keluarga miskin mengaku ekonominya sangat terdampak pandemi.

"97,9 persen yang mengaku ekonominya terdampak merasakan berbagai masalah ekonomi yang mereka hadapi mulai dari turunnya penghasilan keluarga, kehilangan pekerjaan hingga pendidikan anak mereka terlantar," ujar Yusuf dalam pemaparan hasil riset secara virtual, Jumat (30/4/2021).

Baca juga: Survei IDEAS: 97,6 Persen Keluarga Miskin Patuh Protokol Kesehatan Selama Pandemi

Yusuf memaparkan, sebanyak 77,2 persen mengaku turunnya penghasilan keluarga, 76,9 persen mengaku kebutuhan pangan keluarga mereka terganggu, dan 32,6 persen kehilangan pekerjaan.

"Yang paling nahasnya lagi, ada sebanyak 11,8 persen mereka yang mengaku bahwa pendidikan anak mereka terlantar. Bahkan ada juga yang mengaku bahwa mereka juga sangat sulit mendapatkan atau memenuhi kebutuhan pangan mereka," kata dia.

Tercatat, ada sebanyak 80,8 persen keluarga miskin yang mengaku bahwa mereka sulit mendapatkan kebutuhan pangan seperti tidak mampu membeli daging, membeli ikan, membeli susu, hingga membeli telur.

"Untuk membeli beras atau makanan pokok saja mereka mengaku sulit, ada sebanyak 51,8 persen yang mengaku bahwa mereka sulit membeli beras," ungkap Yusuf.

Yusuf membeberkan beragam dampak yang dirasakan oleh keluarga miskin untuk pendidikan anak selama pandemi.

Baca juga: BI: Ekonomi Syariah Perkecil Kesenjangan Si Kaya dengan Si Miskin

Tercatat, ada sebanyak 26,7 persen yang mengaku mereka tidak memiliki kuota internet sehingga proses belajar anaknya terbengkalai, 15,1 persen tidak memiliki gadget, dan 7,6 persen yang mengaku tidak mampu membayar biaya pendidikan sekolah alias SPP.

"Sementara ada sebanyak 1,9 persen keluarga miskin yang mengaku bahwa mereka harus memberhentikan sekolah anaknya lantaran sulitnya ekonomi dikarenakan pandemi," ungkap dia.

Riset yang dilakukan sepanjang 7 Januari-11 Februari 2021 ini melibatkan 1.013 kepala keluarga miskin yang berasal dari kota Jakarta Raya (Jabodetabek), Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Metode yang digunakan dalam survei ini adalah wawancara tatap muka dengan kuesioner semi terbuka untuk mendapatkan data dari responden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com